4 Ilmu Asmak Tingkat Tinggi Ini Akan Membuatmu Mendapatkan Kemampuan Ilmu Hikmah Tingkat Tinggi

Ilmu Asmak tingkat tinggi adalah sebuah ilmu hikmah yang mempunyai keberkahan untuk berbagai hajat dan keperluan manusia. Ilmu Asmak tingkat tinggi jenisnya bermacam-macam dan masing-masing ilmu memiliki khasiat dan amalan yang berbeda-beda.

Untuk itu dalam artikel ini kami akan jelaskan 4 ilmu asmak tingkat tinggi yang paling banyak dipelajari oleh banyak orang. Ilmu Asmak paling dicari ini hingga kini masih bisa Anda dapatkan, guna Anda pelajari dan diamalkan.

Berikut 4 ilmu asmak yang paling diminati untuk dipelajari:

1. Ilmu Asmak Kurung

Ilmu asmak kurung adalah salah satu ilmu asmak tingkat tinggi yang diajarakan turun temurun oleh Wali Allah. Ilmu ini memiliki keutamaan atau hikmah yang berkhasiat untuk perlindungan diri.

Ilmu ini berkhasiat untuk membuat perlindungan diri dari berbagai jenis serangan gaib seperti santet, teluh, hingga pelet. Ilmu ini tidak sekedar membuat perlindungan dari serangan gaib, tetapi dipercaya juga bisa melindungi Anda dari serangan fisik yang kasat mata.

Oleh sebab itu ilmu asmak kurung dianggap tepat untuk diamalkan oleh beberapa aparat keamanan, atau orang orang yang memerlukan perlindungan ekstra.

Ilmu Asmak Tingkat Tinggi

2. Ilmu Asmak Sapu Jagad

Ilmu sapu jagad merupakan ilmu yang memiliki berkah manfaat untuk segala hajat. Asmak sapu jagad ini merupakan warisan Sunan Kali Jaga, dan sudah diijazahkan secara turun temurun oleh para guru ilmu hikmah terdahulu hingga sekarang.

Dulunya ilmu ini sering diijazakan kepada para santri, sebagai bekal untuk menjalani kehidupan. Yang atas ijin Allah ilmu ini bisa dipergunakan untuk bekal atau modal guna membantu mengatasi berbagai persoalan kehidupan.

Ilmu sapu jagad ini juga dikenal sebagai sarana do’a yang insyaAllah mustajab untuk membantu memperlancar segala hajat. Khususnya untuk memperlancar rezeki, meningkatkan derajat dan wibawa, meningkatkan keberuntungan, perlindungan, serta meningkatkan kesejahteraan hidup.

Dan insyaAllah jika Anda serius dan benar benar istiqomah untuk mengamalkan ilmu ini, berkah dari ilmu ini akan selalu mengiringi kehidupan Anda, untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

Ilmu ini bekerja dengan mengoptimalkan potensi yang sesungguhnya yang telah dimilki manusia sejak dilahirkan. Sebab secara alami manusia telah diberi potensi daya perlindungan oleh sang pencipta.

Hanya saja seiring waktu, potensi itu seringkali tidak diperhatikan, sehingga berangsur melemah. Karenanya dengan mengamalkan ilmu asmak kurung ini, berkah manfaatnya akan membangkitkan serta mengoptimalkan kembali potensi energi perlindungan pada diri Anda.

Ilmu Asmak Tingkat Tinggi

3. Ilmu Asmak Sunge Rajeh

Ilmu sunge rajeh adalah ilmu hikmah yang diajarkan oleh Nabi Khidir. Banyak dari sebagian para ahli hikmah yang menganggap ilmu ini merupakan salah satu ilmu yang memiliki level paling tinggi, diantara ilmu hikmah yang lainnya.

ilmu sunge rajeh ini cukup langka, sebab tidak sembarangan orang bisa mengajarkan ilmu ini, meski demikian masih diburu dan diminati oleh banyak orang. Salah satu manfaat atau keutamaan dari ilmu ini adalah untuk meningkatkan level spiritualitas seseorang untuk menuju kesadaran tingkatan yang lebih tinggi.

Selain itu secara umum ilmu ini juga sering digunakan sebagai sarana benteng diri, membuka aura rezeki, wibawa dan pengasihan.

Ilmu Asmak Tingkat Tinggi

4. Ilmu Asmak Sirr

Ilmu sirr mempunyai hikmah atau keutamaan untuk bisa menembus berbagai dimensi lain. Ilmu ini dikhususkan bagi seseorang yang apabila mengamalkannya bisa melakukan perjalanan gaib, atau menembus alam gaib.

Ilmu ini sangat populer di kalangan para praktisi maupun ahli supranatural. Banyak orang yang mengakui bahwa ilmu ini sulit diamalkan, buktinya banyak orang yang tidak bisa lolos atau tidak berhasil menguasai ilmu ini.

Hal ini disebabkan selain diwajibkan memiliki niat yang ikhlas, hati yang bersih, pengamal ilmu sirr juga harus bisa istiqomah dalam mengamalkannya. Dan kebanyakan orang tidak bisa istiqomah dengan laku tirakat yang harus dijalankan guna menguasai ilmu ini.

Kebanyakan kegagalan pengamalan ilmu ini dikarenakan minimnya pengetahuan untuk mempelajari ilmu ini dengan benar dan efektif.

ilmu Asmak Tingkat Tinggi

Demikian artikel mengenai 4 ilmu asmak tingkat tinggi yang masih sering dipelajari banyak orang, semoga bermanfaat. Bagi Anda yang ingin mempelajari dan mengamalkan ilmu-ilmu tersebut, Anda bisa mendapatkan ijazahnya dari Ki Bagus WIjaya.

Perkembangan Aliran Islam Kejawen

Aliran Islam Kejawen – Aliran ini merupakan hasil alkulturasi (penggabungan) budaya jawa dan nilai-nilai agama islam. Ciri khas aliran ini adalah doa-doa yang diawali basmalah dan dilanjutkan kalimat bahasa jawa, kemudian diakhiri dengan dua kalimat sahadad. Aliran Islam Jawa tumbuh syubur di desa-desa yang kental dengan kegiatan keagamaan (pesantren yang masih tradisional).

Sebelum islam masuk, masyarakat jawa memang menyukai kegiatan mistik dan melakukan ritual untuk mendapatkan kemampuan suparantural. Nah, setelah islam masuk khususnya pada zaman Walisongo. Para penyebar ajaran islam di Pulau Jawa (Wali Songo) tidak menolak tradisi jawa tersebut, melainkan memanfaatkannya sebagi senjata dakwah.

Aliran Islam Kejawen

Para Wali menyusun ilmu-ilmu Gaib dengan tatacara lelaku yang lebih islami, misalnya puasa, wirid mantra bahasa campuran arab-jawa yang intinya adalah do’a kepada Allah. Mungkin alasan mengapa tidak disusun mantra yang seluruhnya berbahasa Arab adalah agar orang jawa tidak merasa asing dengan ajaran-ajaran yang baru mereka kenal.

Di Indonesia, khususnya orang jawa, pasti mengenal Sunan Kali Jaga (Raden Said). Beliau inilah yang paling banyak mewarnai paham islam-kejawen yang dianut orang-orang jawa saat ini. Sunan Kali jaga menjadikan kesenian dan budaya sebagai kendaraan dakwahnya. Salah satu kendaran Sunan Kali Jaga dalam penyebaran ajarannya adalah melalu tembang / kidung.

Kidung-kidung yang diciptakannya mengandung ajaran ketuhanan dan tasawuf yang sangat berharga. Ajaran islam yang luwes dan menerima berbagai perbedaan.
Bahkan Sunan Kali Jaga juga menciptakan satu kidung yang menurut saya bisa disebut sebagai Ilmu Supranatural, karena ternyata orang yang mengamalkan kidung ini memiliki berbagai kemampuan supranatural.

Bagaimana kita menyikapi Aliran Islam Kejawen ini?

Mungkin Anda pernah mendengar kalau mempercayai aliran kejawen adalah musyrik. Nah, sekali lagi saya tekankan. Aliran kejawen bukanlah agama, melainkan tradisi atau budaya masyarakat jawa tentang tata cara menghormati alam dan Tuhan.

Oleh karena itu, Anda tentu faham mana yang baik dan buruk. Semoga dengan pemikiran yang benar anda akan menemukan mana yang bermanfaat bagi Anda.

Untuk Anda yang masih bingung silahkan ajukan pertanyaan pada halaman Tanya Jawab

Alam Mitsal Atau Alam Bentuk Martabat Tujuh

Alam Mitsal Atau Alam Bentuk Martabat Tujuh

Alam Mitsal adalah alam bentuk atau perwujudan tentang perencanaan perkembangan manusia, yang diungkapkan sebagai awal Mitsal bagi bentuk zat yang disucikan dengan makna al- Surah alThaniyyah dari al-Tanazzulat li’l Dhat (peninggalan bagi zat). Alam Mitsal terpadat pada Surah Jami al-Ashya al-Kawaniyyah (gambaran segala sesuatu di alam semesta), Surah alRahman (bentuk Rahman), Surah al-Haq (bentuk hak), Surahal-lilah (bentuk lIahi), Surah al-Wujud al-liahi (bentuk wujud lIahi), Surah al-Shu’un (bentuk keadaan), dan Surah al-Ula alZahirah al-Asma (bentuk utama zahir nama-nama).

Di dalam terjemahan Suluk Sujinah, ajaran martabat tujuh tersebut dapat dilihat dalam nukilan berikut:

Tersebutlah alam bertingkat Mitsal, wujud adam terjadinya alam jagad raya yang bersifat kalam, meski pengucap dan pencium, pendengaran dan penglihatan belum terbentuk semuanya. Calon terbentuknya, cerminan mulut, wujud mata, rasa kuping, dan penciuman yang berada dalam hidung.

Sementara itu, dalam Serat Wirid Hidayat Jati disuratkan sebagai berikut:

Kandil: artinya lampu tanpa api, diceritakan dalam Hadits berupa permata yang cahayanya berkilauan, tergantung tanpa kaitan, itulah keadaan Nur Muhammad, dan tempatnya semua ruh. Adalah hakikat angan-angan yang diakui sebagai bayangan Dzat, yang menjadi bingkai atma dan menjadi tempatnya alam Mitsal.

Alam Mitsal adalah alam perencanaan tentang perkembangan manusia, di mana tiap diri insan ada di dalam ilmu Allah. Alam ini adalah alam ide dan merupakan perbatasan antara alam Arwah dan alam Jisim. Dan, alam Mitsal adalah sebagai awal wujud fisik manusia serta makhluk lainnya.

Baca Juga:  Alam Arwah atau Alam Malakut Tingkatan Martabat Tujuh

Walau keadaannya sudah mempunyai sifat, bentuk, dan warna, tetapi belum bisa dikenali, baik secara batin maupun lahir. Dalam Serat Wirid Hidayat Jati, disebutkan pula bahwa Kandil adalah tajjali Allah yang kelima.

Setelah Allah bertajjali dalam alam Ruh Idlafi, kemudian Dia ber-tajjali dalam alam Kandil, yang dalam tata bahasa mempunyai arti lampu. Angan-angan diibaratkan sebagai Kandil atau lampu yang tergantung tanpa kaitan. Bila dipersamakan dengan ajaran marta bat tujuh, Kandil digambarkan sebagai alam Mitsal nafsu atau Kandil merupakan tajjali ruh, karena menerima sinar dari suksma atau Ruh Idlafi.

Kandil juga digambarkan sebagai api yang berkobar di tengah lautan. Artinya, suatu keajaiban bila api dapat menyala di tengah-tengah lautan. Oleh karena itu, dalam martabat ini disebut Ayan Mukawiyah, karena telah benar-benar hidup keadaannya.

Dan, nafsu atau Kandil bermakna angkara yang terletak di luar suksma. Demikian Info tentang Alam Mitsal dalam Tingkatan martabat Tujuh. Mudah-mudahan memberikan Anda ilmu yang bermanfaat. Wassalam.

Kejawen Bukan Sebuah Agama

Kejawen Bukan Sebuah Agama

Kejawen – Ada beberapa hal yang membedakan mistik kejawen dengan agama, ajaran, atau mistik-mistik lainnya. Jadi ilmu ini merupakan sebuah kebudayaan, maka jangan sekali-kali Anda menyalah artikan.

Perbedaan Kejawen dan Agama Dilihat dari Panduannya

Kejawen tentu saja tidak memiliki kitab suci sebagaimana layaknya agama-agama yang Ada. Kejawen merupakan pandangan hidup yang sudah turun temurun ribuan tahun melalui proses interaksi antara manusia (jagad kecil/mikrokosmos) dengan jagad raya jagad besar/makrokosmos).

kejawen-2

Manusia dapat membaca rumus-rumus serta hukum alam yang ada dan berlaku meliputi tata kosmos. Pengetahuan akan rumus-rumus dan hukum alam lama-kelamaan mengkristal menjadi tatanan nilai kehidupan manusia dalam berhubungan dengan lingkungan alam dan seluruh makhluk.

Nilai yang menghasilkan kebijaksanaan disebut juga nilai kearifan lokal atau local wisdom. Karena itu, “kitab” bagi spiritual Jawa adalah rangkaian tata kosmos yang penuh dengan pola keseimbangan dan keselarasan yang harmonis. Semua itu dapat dibaca dan dilihat melalui bahasa alam. Lazimnya disebut sebagai sastro jendro, atau segala kejadian dan peristiwa alamiah yang di dalamnya memuat hukum sebab-akibat yang merupakan ketentuan alamiah.

Hukum sebab-akibat dan ketentuan alamiah yang berlaku di jagad raya ini biasanya disebut hukum alam, atau kodrat alam yang dapat menjadi barometer dan petunjuk hidup bagi manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu, kejawen juga mampu melakukan asimilasi dan sinkretisme dengan nilai-nilai agama yang pernah ada di bumi nusantara. “Kitab” kejawen adalah hidup itu sendiri. Hidup yang meliputi jagad gumelar, terdiri dari kehidupan sehari-hari, kesejatian di dalam diri, dan apa yang ada di dalam lingkungan alam sekitarnya. Semua itu disebut sebagai kitab sastra jendra. Cara membacanya bukan dengan ucapan lisan, melainkan dengan perangkat ngelmu titen yang berlangsung turun-temurun. Untuk membaca kitab sastra jendra dengan ngelmu titen, indra yang digunakan adalah indra keenam atau indra batin. Keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam mengolah rahsopongraso,
yakni rasajati atau rahsa sejati.

Kejawen Bersifat Fleksibel dan Mudah berbaur

Di samping nilai-nilai kearifan lokal yang adi luhung, kejawen menjadikan nilai-nilai “impor” yang dinilai berkualitas sebagai bahan baku yang dapat diramu dengan nilai kearifan lokal. Keuntungannya, justru terjadi proses penyempurnaan seperangkat nilai dalam pandangan hidup Jawa atau kejawen. Jika didefinisikan, mistik kejawen merupakan hasil dari interaksi nilai-nilai kearifan lokal yangterjadi sejak zaman kuno pada masa kebudayaan spiritual animisme, dinamisme, dan monotesime hingga saat ini.

Sikap terbuka, menghargai, dan toleransi, serta dasar spiritual cinta kasih sayang membuat kejawen mudah menerima anasir asing yang positif. Berbeda dengan nilai agama yang bersifat statis, Paten, dan anti perubahan, nilai-nilai dalam falsafah hidup Jawa bersifat fleksibel dan selalu berusaha mengolah nilai-nilai kebudayaan asing yang masuk ke Nusantara, misalnya Buddha, Hindu, Islam, Kristen, dan sebagainya.

Yang terjadi bukanlah kebangkrutan nilai-nilai falsafah Jawa itu sendiri, sebaliknya justru terjadi penyempurnaan seiring perjalanan waktu. Sampai-sampai, terdapat acuan, kalau nilai agama masuk sampai mendarah- daging, pandangan hidup Jawa bahkan mbalung-sungsum sehingga tidak pernah lapuk dan selalu eksis. Tidak hanya pada masyarakat usia tua, bahkan masyarakat usia muda banyak pula yang diam-diam menghayati dan mengakui fleksibilitas serta kedalaman falsafah kejawen. Seperti kekuatan misterius, terkadang semangat penghayatan dirasakan tiba-tiba muncul dengan sendirinya seperti panggilan darah.

Ritual Yang Berbeda

Hal yang berbeda lainnya dalam mistik kejawen adalah ritual yang dilakukan oleh penghayat falsafah hidup Jawa. Walaupun latar belakang keagamaan masyarakat Jawa berbeda-beda, namun mereka memiliki unsur kesamaan dalam tata laksana ritual Jawaisme. Perbedaannya hanya terletak pada bahasa yang digunakan dalam doa atau mantra. Namun, hakikat dari ritual sebenarnya sama saja, yakni bertujuan untuk selamatan.

Selamatan adalah tata laku untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan yang Mahasuci, maka di dalam ritual, banyak terdapat uba rampe atau syarat-syarat sesaji yang di dalamnya banyak sekali mengandung maksud permohonan kepada Tuhan.169957_large

Sebagai contohnya, pada saat bulan Ruwah, yang bagi masyarakat Jawa merupakan bulan arwah, dilaksanakan acara selamatan nyadran. Pada saat bulan Ruwah, tepatnya satu bulan menjelang bulan puasa, hendaknya orang memuliakan para arwah leluhurnya, mendoakannya agar mendapat tempat yang mulia, luhur, dan suci. Maka, dibuatlah ketan, kolak, dan kue apam, yang bermakna sedaya kalepatan nyuwun pangapunten-mohon ampunan atas segala kesalahan semasa hidup. Apam berarti afiuwwun, yaitu lambang permohonan ampunan kepada Tuhan.

Kemudian, dilanjutkan acara nyekar atau ziarah dan gotong royong membersihkan serta merawat makam para leluhur sebagai wujud tindakan nyata rasa berbakti dan memuliakan pepundennya. Sebab, bagi masyarakat mistik Jawa, berbakti kepada orang tua dilakukan tidak saja selama masih hidup, namun saat sudah meninggal dunia pun, anak turun tetap harus berbakti kepadanya. Selain itu, tidak ketinggalan pula acara bersih-bersih desa, sungai, hutan, sawah, dan ladang sebagai bentuk kesadaran diri untuk selalu menghargai alam semesta sebagai anugerah terindah Tuhan yang Maha Pemurah.

 

Asal Usul Ilmu Kejawen

Asal Usul Ilmu Kejawen

Ilmu Kejawen – Bagi Anda yang tinggal atau lahir di tanah jawa pasti masih memakai kebudayaan jawa, atau minimal masih menghormati. Memang hal ini tidak bisa dipisahkan dari masyarakat jawa, bagaimana tidak setiap orang tua selalu menurunkan kebudayaan tersebut.

Asal Usul Ilmu Kejawen

Asal usul kejawen sebenarnya bermula dari dua tokoh misteri, yaitu Sri dan Sadono. Sri sejatinya adalah penjelmaan Dewi Laksmi, istri Wisnu, sedangkan Sadono adalah penjelmaan dari Wisnu itu sendiri. Itulah sebabnya, jika ada anggapan bahwa Sri dan Sadono adalah kakak Beradik, kebenarannya tergantung dari mana kita meninjau. Namun, kaitannya dengan hal ini, Sri dan Sadono sesungguhnya adalah suami-istri yang menjadi cikal bakal kejawen. Maka, dalam berbagai ritual mistik kejawen, keduanya selalu mendapat tempat khusus. Dewi Sri dipercaya sebagai Dewi Padi, Dewi Kesuburan.

Dewi Sri dan Wisnu, menurut Tantu Panggelaran, memang pernah diminta turun ke arcapada untuk menjadi nenek moyang di Jawa. Dalam Babad Tanah Jawi juga dijelaskan bahwa orang pertama yang membabad (menempati/tinggal) Tanah Jawa adalah Batara Wisnu. Sumber ini meneguhkan sementara bahwa nenek moyang masyarakat Jawa memang seorang dewa. Dengan demikian, kaum kejawen sebenarnya berasal dari keturunan orang yang tinggi tingkat sosial dan kulturnya. Selanjutnya, Dewi Sri dianggap menjelma ke dalam diri tokoh Putri Daha bernama
Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, sedangkan Sadono menjadi Raden Panji. Keduanya pernah berpisah, namun akhirnya bertemu kembali. Menurut beberapa sumber, pertemuan Sri dan Sadono atau Panji dan Sekartaji terjadi di Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Tempat itu kemudian oleh Sadono dan Sri diberi tetenger tandal, dengan menancapkan Paku Tanah
Jawa.

Hal ini sekaligus untuk mengokohkan Tanah Jawa yang sedang berguncang. Dan, sejak itu, Tanah Jawa kembali tenang. Paku tersebut kelak dinamakan Pakubuwana (Paku Bumi). Pakubuwana inilah yang membuat orang Jawa tenang, sehingga keturunan Sri dan Sa dono menjadi banyak.
Hanya saja, keturunan mereka ada yang baik dan ada yang buruk. Maka, Batara Guru segera menyuruh Semar dan Togog (putra dewa) ke Gunung Tidar. Semar disuruh mengasuh keturunan Sri dan Sa dono yang baik-baik, sedangkan Togog mengikuti keturunan Sri dan Sadono yang angkara murka. Togog dan Semar pun akhirnya menuruti perintah itu, karena merasa Batara Guru sebagai rajanya. Dari kisah-kisah mistik yang telah kita bahas terse but, jelas menggambarkan bahwa sejak dahulu kala, masyarakatkejawen memang sudah banyak berkenalan dengan mistik.
Dengan kata lain, paham mistik telah mengitari mereka.

Baca Juga : Mistik Jawa – Asal Usul Mistik Jawa

Karakter Ilmu Kejawen

Pada umumnya, orang Jawa percaya bahwa semua penderitaan akan berakhir bila telah muncul Ratu Adil. Kepercayaan akan benda-benda bertuah serta melakukan slametan merupakan upaya orang Jawa untuk melakukan harmonisasi terhadap alam sekelilingnya. Selain itu, inti ajaran kejawen adalah amemayu hayuning bawana, yang dimuat dalam Kakawin Arjuna Wiwaha (Mpu Kanwa, 1032).

Kejawen
Wayang Merupakan hasil dari ilmu kejawen

Menjelaskan ajaran ini, Mpu Kanwa menggambarkan tugas seorang pimpinan yang harus memperbaiki dan memakmurkan dunia, seperti dinyatakan dalam Pupuh V bait 4-5. Sunan Pakubuwana IX (1861-1893) menggubah bait tersebut dalam Serat Wiwaha Jarwa menjadi “Amayu jagad puniki kang parahita, tegese parahita nenggih angecani manahing Iyan wong sanagari puniki” (Melindungi dunia ini dan menjaga kelestarian parahita, arti parahita ialah menyenangkan hati orang lain di seluruh negeri ini). Tugas hidup amemayu hayuning bawana, oleh Ki Ageng Suryamentaram dan Ki Hajar Dewantara, dikembangkan menjadi mahayu hayuning sarira, mahayu hayuning bangsa, mahayu hayuning bawana (memelihara dan melindungi keselamatan pribadi, bangsa, dan dunia) Tugas amemayu hayuning bawana jelas merupakan kewajiban bagi setiap orang sebagai pemimpin.

Bisa disimpulkan bahwa kejawen sudah melekat hampir keseluruh masyarakat jawa, lihat saja slogan kepolisian, slogan TNI , slogan “Bhineka Tunggal Ika”, dan banyak lainnya.