Mistik Kejawen – Pernahkah Anda mendengar istilah mistik kejawen? Saya yakin sebagian besar dari Anda pernah mendengar istilah ini, sekalipun Anda bukan orang Jawa. Di kalangan masyarakat Jawa, mistik kejawen sudah menyatu dan mendarah daging dalam sikap dan perilaku keseharian. Sebagai salah satu contoh, setiap malam-malam tertentu (misalnya malam jumat legi atau malam satu Syuro), masyarakat Jawa akan melakukan ritual-ritual tertentu lengkap dengan uba rampe (syarat) yang diperlukan, seperti sesajen, kembang, kemenyan, dan lain-lain.
Nah, praktik semacam ini merupakan bagian dari perilaku kejawen dalam masyarakat Jawa.Tidak hanya pada hari-hari tertentu saja, di dalam tradisi masyarakat Jawa juga sering diselenggarakan upacara selamatan (slametan) untuk berbagai tujuan, tergantung pada kebutuhan dan keyakinan masyarakat setempat.
Misalnya, selamatan untuk memperingati kelahiran anak, selamatan untuk upacara perkawinan, selamatan untuk memperingati kematian seseorang, selamatan untuk menolak sihir, selamatan untuk pindah rumah, selamatan untuk melawan mimpi buruk agar tidak menjadi kenyataan. Selamatan sebagai wujud syukur atas hasil panen, selamatan untuk mengganti nama, selamatan untuk memohon kepada arwah, dan lain sebagainya.
Untuk beberapa tujuan itulah, selamatan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan secara berkala oleh masyarakat Jawa. Meski sebagian besar dari Anda telah sangat familiar dengan istilah mistik kejawen, namun tahukah Anda apa sebenarnya yang dimaksud mistik kejawen itu?.
Mistik Kejawen Bukanlah Agama
Mungkin Anda perlu berpikir dua kali bahkan lebih untuk menjawab pertanyaan ini. Sebab, diakui ataupun tidak, meski mayoritas masyarakat Jawa dalam tradisi kesehariannya tidak bisa luput dari praktik kejawen, namun banyak dari mereka yang belum memahami makna dari istilah itu sendiri. Sehingga, muncul banyak anggapan dan pemahaman yang kurang tepat mengenai mistik kejawen di kalangan masyarakat Jawa.
Ada yang menganggapnya sebagai agama, kebudayaan, kepercayaan, dan berbagai prakonsepsi keliru lainnya. Lantas, apakah sebenarnya mistik kejawen itu? Sebelum kita mendefinisikan mistik kejawen secara utuh, mari kita definisikan terlebih dahulu berdasarkan asal kata penyusunnya, yakni mistik dan kejawen. Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani, mystikos, yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld).
Berdasarkan arti tersebut, maka mistik sebagai sebuah paham (disebut mistisisme) dapat dimaknai sebagai paham yang memberikan ajaran yang serbamistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau serbarahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman), sehingga hanya dikenal, diketahui, atau dipahami oleh orang – orang tertentu saja, terutama sekali para penganutnya. Mistisisme juga dapat disebut sebagai manunggaling kawulo-Gusti.
Kejawen adalah sebuah kepercayaan oleh masyarakat suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Pulau Jawa. Kata kejawen berasal dari bahasa Jawa, yang artinya segala yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa. Penamaan “kejawen” bersifat umum, biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam konteks umum, kejawen merupakan bagian dari agama lokal indonesia.
Kejawen, dalam opini umum, berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap, serta filosofi orang-orang Jawa. Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan “ibadah” ). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep “keseimbangan”. Dalam pandangan demikian, kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya. Hampir tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi), namun pembinaan dilakukan secara rutin.
Pengertian Mistik Kejawen
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mistik kejawen adalah gejala religi unik. Keunikan mistik kejawen juga terletak pada pemanfaatan ngelmu titen yang telah berlangsung secara turun-temurun. Kehidupan sehari-hari, tubuh, dan lingkungan sekitarnya adalah sumber “kitab” mistik kejawen. Bahkan, “kitab” mistik kejawen adalah hidup itu sendiri. Adapun “hadits” dan jantung pelaksanaan tradisi kejawen menggunakan slametan. Jadi, slametan adalah inti tradisi kejawen yang menjadi wahana mistik. Melalui slametan, ritual mistik mendapatkan jalan lurus menuju sasaran, yakni Tuhan Yang Maha Esa.