Wahyu Panca Gaib – Sering kali Ajaran kepribadian atau kapribaden dianggap sesat oleh banyak pemeluk agama lain. Mereka lupa sebelum berbagai ajaran agama masuk,nenek moyang/leluhurnya menganut ajaran kapribaden.
Dimata TUHAN semua agama itu sama saja, dan agama hanyalah identitas penganutnya saja. Yang terpenting bagi siapa saja yang percaya keberadaan TUHAN selalu dijalan luhur dan suci itulah yang akan dapat restu TUHAN. Begitulah penuturan para budayawan jawa.
Memang, Tuhan tidak bisa dimiliki secara induvidual oleh agama tertentu. Tuhan tidak butuh pembelaan manusia, karena Tuhan sanggup memusnahkan dan menciptakan segalanya.
Semua agama sudah menjelaskan jangan menyakiti dan memfitnah orang lain. Maka dari itu jika belum apa-apa dan menyelami secara mendalam sudah mengatakan ajaran kapribaden sesat, itu artinya anda adalah orang yang pikirannya dangkal dan sempit.
Masuknya Ajaran Kapribaden
Sebelum ajaran agama masuk/ ada ajaran kapribaden sudah lebih dahulu mengajarkan tentang nilai-nilai luhur seperti berbakti kepada ortu, menghormati leluhur, bersyukur kepada Maha Kuasa dll.
Dalam ajaran kapribaden tidak pernah mengajarkan untuk menyembah batu, pohon, berhala, mahluk halus, jin, setan, manusia dan sebagainya.
Di ajaran kapribaden tidak ada istilah Tuhanku berbeda dengan Tuhan agama lain, karena TUHAN itu TUNGGAL, agama manapun tidak punya hak memiliki TUHAN sendirian.
Ajaran Kapribaden tidak punya tempat ibadah, karena ajaran kapribaden percaya TUHAN ada dimana-mana dan Tuhan tidak bisa dibuatkan TEMPAT TINGGAL YANG SUCI/TIDAK PUNYA TEMPAT TINGGAL KARENA TUHAN MELIPUTI JAGAD RAYA.
Itulah tandanya Tuhan ada dimana-mana dan disetiap kiblat ada Tuhan. Berbeda dengan penganut kapribaden yg percaya Tuhan ada dimana-mana dan tidak perlu Tempat suci dan kiblat bebas menuruti roso sehingga dibolehkan sembahyang dimanapun baik itu dibawah pohon, tempat ibadah agama lain bahkan dalam posisi duduk di kursi SAMBIL MAKAN/MINUM boleh ATAU disembarang tempat.
*Sampai sini Anda harus tahu, bahwa yang saya bahas adalah sebuah ajaran kejawen wahyu panca gaib. Yang mana tidak semua orang mengikutinya. Disini saya hanya membahas dan memberikan pengetahuan sejarah kepada Anda semua.
Ajaran Kapribaden Bukanlah Agama
Sekali lagi saya tekankan, ajaran jawa atau kapribaden bukanlah sebuah agama, tetapi merupakan ajaran kepercayaan kepada MAHA KUASA/ MOHO SUCI.
Ajaran kapribaden bersifat fleksible, agama apapun boleh mempelajari, namun jangan campur adukkan doa-doanya dengan ajaran agama. Karena doanya sudah bersifat final tidak dapat diubah baik itu ditambah maupun dikurangi. Doanya adalah wahyu yang diturunkan oleh MOHO SUCI kepada Penerima wahyu yaitu ROMO HERUCOKRO SEMONO.
Baca Juga: Kejawen Bukanlah Agama
Siapakah Heru Cokro Semono?
Beliau mempunyai nama asli M. Semono Sastrohadidjojo, beliau dilahirkan oleh Dewi Nawang wulan pada hari jumat paing. Semasa bayi, beliau dibesarkan oleh Ki Kasandhikromo, yang sering juga disebut Ki Kasan Kesambi.
Seorang tokoh spiritual pada jamannya, yang berdiam di desa Kalinongko, Gunung Damar, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Setelah beranjak besar, semono kecil disekolahkan pada sekolah Ongko Loro (SD 5 tahun).Semono, semasa sekolah, setiap hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, membolos. Bukan karena malas atau nakal, tetapi karena malu.
Pada saat matahari tepat di atas, saat semua orang tidak ada bayangannya. Semono bayangannya 12. Karena selalu jadi tontonan teman-temannya, jadi malu. Maka lebih baik membolos. Itulah yang membuat beliau sangat berbeda.
Pada saat usia 14 tahun beliau bertapa di tepi laut Selatan, di Cilacap. Semono bertapa selama 3 tahun (1914 – 1917). Hasilnya, beliau mendapatkan “Cangkok Wijoyo Kusumo”. Berbentuk seperti bunga kering, berwarna coklat kehitaman. Kalau dimasukkan air, akan mengembang sebesar tempatnya. Namun, Semono kecewa, karena tujuan bertapa bukanlah itu.
Akhirnya Beliau mendapat “wangsit” (ilham) untuk melanjutkan laku sampai tahun kembar 5, dan di timur nantinya akan dia temukan apa yang dia cari.
Kemudian beliau memutuskan untuk pulang kerumah. Namun, baju yang dikenakan Semono selama 3 tahun bertapa, hancur. Dengan hanya bercawat dedaunan, Semono pulang dengan cara berjalan malam hari. Saat siang hari sembunyi dan malam harinya digunakan untuk berjalan, karena takut akan malu kalau bertemu orang.
Sampai di rumah, bukannya dirayakan, beliau malah dimasukan kedalam lubang (“luweng”), lalu oleh Ki Kasan, beliau ditanam (“dhipendem”), selama 40 hari 40 malam. hanya diberi batang pohon gelagah untuk bernafas. Dan setiap usai menanak nasi, Nyi Kasan mengepulkan asap nasi itu ke dalam lubang gelagah.
Setelah selesai beliau tetap melakukan laku ritual, walau saat itu beliau menjadi seorang tentara rakyat. Singkat cerita, Tanggal 13 malem 14 November 1955, kebetulan jatuh malem Senen pahing, pukul 18.05, banyak orang di Perak Surabaya, terkejut, menyaksikan rumah Letnan KKO (Letnan Satu Marinir), terbakar.
Tetapi setelah didekati , ternyata bukan api, melainkan cahaya. Bahkan ada kereta keemasan (kreto kencono) di langit, yang turun masuk ke rumah Letnan Semono). Di Jalan Perak Barat No. 93 Surabaya. Peristiwa itulah yang dikenal sebagai mijilnya Romo Herucokro Semono.
Mulai saat itulah beliau mendapatkan ilmu hidup yang sekarang dikenal dengan Wahyu Panca Gaib dan beliau disebut dengan ROMO. Romo disini sebagai bapak dalam bahasa jawa sebagai ungkapan rasa hormat
Wahyu Panca Gaib
Wahyu Panca Gaib adalah ilmu yang dibuat oleh Romo Semono. Setelah beliau wafat tanggal 3 Maret 1981, dan dimakamkan di Kalinongko, Loano, Purworejo. Romo Semono tidak dikaruniai anak. Tetapi meninggalkan ratusan ribu, mungkin jutaan Putro, yang tersebar di mana mana.
Dan peninggalan beliau yang paling berharga adalah Sarana sarana Gaib (Wahyu Panca Gaib), bagi mereka yang ingin Hidup bahagia (Tentrem), agar bisa menjalani dan mencapai “Kasampurnan Jati” pada saatnya masing masing.
Baca Juga : Sedulur papat Limo Pancer
Romo Rogo adalah sebutan untuk Bapak M. Semono Sastrohadijojo ( 1900 – 1981 ). Beliaulah yang pertama kali menemukan dan mengembangkan ajaran Wahyu Panca Gaib sehingga bisa sampai kepada kita semua.
1. “K U N C I”
“Kunci iku dhudhu unine, dhudu unen-unene, nanging kang mahanani uni” (Kunci itu bukan bunyinya, bukan kata-katanya, tetapi yang menyebabkan adanya bunyi).
Dalam menjalani Laku selama 41 tahun, Romo Semono menghabiskan waktu 25 tahun hanya untuk melengkapkan “Kunci” saja.
Tiap saat beliau hanya dapat satu huruf. Beberapa saat lagi, baru satu huruf lagi. 25 tahun baru huruf huruf yang beliau dapat itu lengkap, menjadi “Kunci”.
Kata-kata “Kunci” :
Gusti ingkang Moho Suci,
Kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti ingkang Moho Suci;
Sirolah, Dhatolah, Sipatolah;
Kulo sejatine satriyo (untuk pria)/wanito (untuk wanita),
nyuwun wicaksono, nyuwun panguwoso,
kangge tumindhake satriyo(untuk pria)/wanito (untuk wanita) sejati;
Kulo nyuwun, kangge anyirnakake tumindhak ingkang luput.
Dihafalkan dulu, kata-katanya, sampai hafal betul dan betul pula lafalnya.
Kalau sudah hafal, lakukan sebagai berikut :
1.Duduk sesantai mungkin, sampai seluruh otot terasa lemas, lepas, napas sudah teratur, tidak memikirkan bernafas lagi.
2.Niat untuk menggunakan “Kunci”
3.Kedua mata terpejam rapat.
4.Tunggu sampai kedua lengan dan tangan bergerak sendiri, bersikap menyembah (patrap Kunci)
5.Ucapkan dalam Rasa, kata kata “Kunci”
Selanjutnya, apapun yang dirasakan, termasuk kalau lengan dan tangan bergerak sendiri, ikuti saja. Tidak perlu takut sama sekali. Tidak akan terjadi apapun, yang tidak baik.
Semua itu merupakan tanda, merupakan bukti, bahwa hidup itu benar benar ada dalam diri kita dan bisa kita rasakan sendiri, kita buktikan sendiri keberadaannya.
Latihlah terus, di saat saat senggang. lama lama kita akan hafal betul, bagaimana rasanya, kalau kita menggunakan “Kunci” Hidup itu.
2. “A S M O”
“Asmo”, diberikan, hanya kepada mereka yang sungguh sungguh sudah membuktikan dayanya Hidup lewat “Kunci” dan sudah yakin benar akan kuasanya Hidup. Kemudian bertekad untuk bisa mengikuti segala kehendak (karsanya )-nya Hidup.
Sekali lagi, anda renungkan dan pertimbangkan masak masak. Sebab, kalau Hidup anda sudah dapat “Asmo”, berarti anda sudah sepenuhnya menjadi Penghayat Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil
3. “M I J I L”
“Mijil” itu bermakna atau dari kata-kata: miji artinya menyatu rasa dengan roso atau zat Illahi di dalam diri seseorang. dan jil artinya rasa tersebut keluar/membuka dengan tujuan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kondisi demikian seseorang dalam keadaan online dengan roso sejatinya atau dengan istilah lain menyatu dengan alam mikrokosmos (jagad kecil), yang kata-kata sebagai berikut :
1.ASMO (sebutkan Asmonya) , JENENG SIRO MIJILO. PANJENENGAN INGSUN KAGUNGAN KARSO, ARSO (MBEKSA BEKSANIRO PRIBADI) (Digunakan untuk sipatnya spiritual / Gulung).
2..ASMO (sebutkan Asmonya) , JENENG SIRO MIJILO. PANJENENGAN INGSUN KAGUNGAN KARSO, RAGANIRO ARSO ………..(sebutkan keiginannya ) (untuk melaksanakan sesuatu / Gelar)
Sikap /”Patrap” Mijil.
Tangan kanan di depan ulu hati, semua jari mengarah keatas, telapak tangan menghadap kekiri. Tangan kiri diletakkan di pinggang sebelah kiri, seperti orang bertolak pinggang.
4. “S I N G K I R”
“Singkir” gunanya untuk menepis “AKU”/”EGO”, dengan segala sifatnya, termasuk angkara murka dalam diri kita sendiri. Kata untuk “Singkir” berikut ini ”
Gusti ingkang moho suci, kulo nyuwon pangapuro dumateng Gusti Ingkang moho suci;
Sirolah, Dhatolah, Sipatolah;
Kulo sejatine satriyo (untuk pria)/wanito (untuk wanita);
Hananiro-hananingsun;
Wujudiro-wujudingsun;
Siro sirno mati dhening satriyo (untuk pria)/wanito (untuk wanita) sejati;
Ketiban idhuku putih, sirno layu dening (sebutkan “Asmo” anda.
Makin lama kita gunakan “Singkir” ini, makin menipis “AKU”/”EGO” anda.
5. “P A W E L I N G”
“Paweling” adalah sarana untuk menghubungkan Hidup didalam diri anda dengan Yang Maha Hidup.
Kata-kata “Paweling” sebagai berikut :
Siji-siji, loro-loro, telu-telonono;
Siji sekti, loro dadi, telu pandito;
Siji Wahyu, loro gratrahino, telu rejeki.
Ajaran Kejawen Menurut Romo Heru Cokro Semono
Kejawen adalah suatu paham mistik JAWA,yakni suatu pengalaman mistik riligius yang berpokok pangkal pada “MANUNGGALING KAWULA GUSTI” dan “SANGKAN PARANING DUMADI”.
Inilah yang disebut penghayatan kapribaden yang menuju kepada SANG PRIBADI.Menuju KEDALAM DIRI,bersifat GULUNG sampai kepada SANG GURU SEJATI.
AJARAN KAPRIBADEN YANG BENAR DIAJARKAN :
- Serahkan diri anda sepenuhnya kepada MAHA SUCI,katakanlah pada diri sendiri AKU adalah MILIKNYA,kehendak-NYA-lah yang harus terjadi bukan kehendakku.
- Rasakanlah bahwa BELIAU ada dimana-mana
- Jangan mengembangkan ajaran buruk.
- Jangan lupa kewajiban setiap hari dan selalu ingat KUNCI.
- Jangan campuri dan mengkafir-kafirkan keyakinan orang lain.
- Mencintai diri sendiri dan semua mahluk hidup DLL.
Penghayat kapribaden diajarkan untuk memperkenalkan manusianya [raga dan pikirannya] kepada hidup-nya sendiri. Selanjutnya manusianya dipersilakan berguru kepada guru sejatinya sendiri, Yaitu hidupnya sendiri.
Baca Juga: Ilmu Sangkan Paraning Dumadi
Disini yang paling utama unsur-unsur olah roso menduduki tempat utama dengan penghayatan secara pribadi sehingga memperoleh pengalaman mistik religius secara langsung.
“BARANG SIAPA MENGENAL BADANNYA SENDIRI,PASTI AKAN MENGENAL TUHAN,DAN BARANG SIAPA MENGENAL TUHAN,PASTI AKAN MENGENAL BADANNYA SENDIRI”.
Laku Panca Gaib adalah “ Laku Olah Rasa/Roso “, dimaksudkan mempelajari Rasa yang diperintahkan oleh Urip Nya dari seseorang yang menjalankan laku .
Sebagai keseimbangan Nya adalah “ Laku Olah Budi-pakarti dan Panca-indera “. Kedua Laku Olah Rasa dan Olah Panca-indera/ Budi pekerti harus seimbang, harus terjadi keseimbangan laku yang disebut lahir dan batin.
Disini bisa disebut manusia seperti ini menjalankan kehidupan yang sempurna sebagai layaknya manusia ciptaan Tuhan / Gusti Ingkang Moho Suci .
Laku olah rasa dalam Panca Gaib, terletak ( lungguhing ) ada di detak Jantung. Sedang Olah Panca Indera letaknya di Paru-paru .
Mengapa demikian ?
Menurut kenyataanya Olah rasa yang terletak di jantung manusia itu diperintahkan oleh Urip ( Moho Suci ) tidak dapat diperintahkan oleh Pakarti, sedangkan gerak Paru-paru masih bisa diperintahkan oleh Budi pakarti / Panca- indera .
Pengalaman religius adalah pengalaman yang mendalam,yang merangkum kesunyataan sedemikian menyeluruh, sehingga manusia merasa terangkat ke dimensi yang lain, yang melampaui batas-batas dirinya, yang rahasia, yang tak terucap, yang khudus, Yang ILLAHI.
Untuk menguasai/mempelajari Kapribaden setiap pengikutnya diwajibkan menjalani laku. LAKU adalah suatu usaha yang tekun dan bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas diri.
Karena LAKU itu sebagai penegak dan penguat tekad yang dilandasi dengan budi luhur sebagai pemunah nafsu angkara.
Baca Juga: Ajaran Kejawen Sapto Darmo
Inti LAKU itu pengendalian diri,yaitu membatasi dan tidak mengumbar keinginan kearah kenikmatan lahiriah melulu.
Pelaku penghayat Kapribaden juga diajarkan untuk “membalik micro cosmosnya” atau “dunia kecilnya sendiri ” (bhs.jawa; nyungsang-bawono-balik). Kalau sebelumnya Urip atau roh Allah yang berada di dalam dirinya diperbudak mengikuti kehendak manusianya, kini dibalik manusianya yang selalu mengikuti kehendak Urip.
Karena Urip berasal dari Tuhan maka selalu baik dan benar sedangkan manusia bisa buruk dan salah.
Lalu bagaimana bisa mengerti kehendak Urip?
Petunjuk bisa diterima manusia melalui roso sejati atau hati nurani (bhs.inggris; deep feeling). Untuk bisa berkomunikasi dengan Uripnya sendiri penghayat Kapribaden mengikuti ajaran Romo Herucokro Semono yang bisa anda temukan dalam Ajaran Romo Herucokro Semono tentang “nggayuh kasampurnaning Urip”
YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT KOMUNIKASI DENGAN URIP BISA terwujud kepada KEBIJAKSANAAN HIDUP YAITU :
- Bisa berwujud INSPIRASI
- Bisa berwujud ILHAM
- Bisa berwujud TIBA-TIBA MUNCUL INISIATIF
- Bisa berwujud LANGSUNG KROSO & TAHU YANG SEHARUSNYA
- Bisa berwujud PERTOLONGAN DALAM KEHIDUPAN
- Bisa berwujud SARAN-MIMPI
- Bisa berwujud PETUNJUK GAIB dll.
Yang perlu sekali adalah kita harus TATA-TITI maksudnya kita harus TELITI- AWAS-PENUH PENGAMATAN DIRI.
Intinya bila manusia mati, raganya langsung lebur kembali menjadi tanah, air, hawa, dan api (energy, kalori), sedang Uripnya langsung Manunggal/bersatu dengan Tuhan, Gusti ingkang Moho Suci [moksa].
Baca Juga: Penjelasan lengkap Martabat Tujuh
Dalam kapribaden tidak ada istilah berada disisi-NYA,karena berada DISISI-NYA sama dengan tidak dapat tempat. Yang artinya di alam antara atau alam penantian.
Karena urip/roh berasal dari Tuhan maka harus kembali /lebur/menyatu dg Tuhan.
Untuk menjalankan LAKU yang harus dilakukan adalah :
1.LAKUNE RAGA : sabar narimo,iklas kanthi ngalah,welas lan asih,sarta jujur temen temenan
2.PANGOLAHIRA : mijil
3.PANGRENGGANIRA : cegah dahar lawan guling.
Larangan yang harus dihindari oleh pengikut kapribaden adalah hindari MO-LIMO :
# MO ke 1 : minum, hindari minuman keras [mabok]
# MO ke 2 : madat, hindari madat bangsa narkoba dll.
# MO ke 3 : madon, hindari selingkuh/zina.
# MO ke 4 : main, hindari main judi
# MO ke 5 : maling, hindari mencuri,menipu dll.
Jika sudah menjalankan kesemua itu barulah seorang pengikut boleh dikatakan sudah menguasai sebagian dari kapribaden.Untuk benar-benar menguasai kapribaden itu terbilang SULIT,tidak semudah membalikkan telapak tangan.Karena NGELMU dalam kapribaden adalah suatu cita-cita yang luhur.
Dalam memahami kapribaden tidak bisa dikuasai dengan cepat seperti membaca kitab suci agama kemudian menafsirkannya. Namun harus tekun dan selalu belajar,kapribaden tidak bisa ditafsirkan, perbuatannya harus nyata luhur dan suci.Yang paling Utama dalam kapribaden adalah SEMBAH RASA.
SEMBAH RASA adalah tarap menurutnya dan taat RASA JIWA manusia sampai BISA CAMPUR MANUNGGAL dengan RASA KETUHAAN.SEMBAH RASA sama dengan TINGKAT RASA semata-mata.TINGKAT RASA adalah suatu tingkat dalam segala-galanya SUDAH MENJADI NYATA.
NYATA bukan sekedar pengertian atau pengetahuan belaka tetapi sudah bukan sekedar belaka atau bukan sekedar kepercayaan belaka tapi sudah tingkat nyata.
Orang jawa bilang : “ONO IKU ONO AMARGA ONO”.
Sehingga kesimpulannya “BAHWA MANUSIA ITU TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DENGAN TUHANNYA”. Bahwa Tuhan itu ada didalam manusia yang tak terpisahkan. Kapribaden tidak bisa ditafsirkan tapi harus dipahami, diyakini dan dirasakan dalam ilmu Wahyu Panca Gaib.
Demikian Penjelasan saya tentang Wahyu Panca Gaib ajaran dari Heru Cokro Semono. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
CATATAN = Saya (Ki Bagus Wijaya) Tidak mengajarkan Ajaran Kejawen dan Tulisan saya ini hanya sebatas Pengetahuan saja. Jika Anda Meyakini tentang Ajaran Kejawen ini, itu adalah Hak Anda. Sekali lagi, saya tidak menyediakan Fasilitas atau Wadah Apapun yang berkenaan dengan ajaran ini. Saya memandang Semua Ajaran Kejawen hanya sebatas Kebudayaan dan Tradisi Saja.