Assalamualaikum salam rahayu. Jika kita berbicara tentang meditasi, kita langsung memikirkan tentang ketenangan jiwa, adem ayem lan tentrem. Namun, meditasi pada hakikatnya adalah penghimpunan energi dalam tubuh kita yang bisa digunakan untuk berbagai aktivitas.
Kta mulai secara lebih terperinci membahas energi. Energi adalah realitas nonfisik yang bagi masyarakat jawa hanya bisa difahami keberadaanya melalui tanda tanda yang muncul.
Namun, bagi orang tertentu (mata batin terbuka) energi bisa dilihat dan disentuh. Energi adalah daya, yang membuat segala sesuatu dapat digerakan dari proses penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan daya tersebut,
Dalam kaitan tentang spiritual, perlu saya ulas disini tentang keberadaan energi yang ada dalam diri yang dibagi dalam beberapa tingkatan.
Dengan demikian, Anda bisa tahu dan faham tentang keberadaan mahadaya didalam diri.
Ciri Ciri Energi Dalam Tubuh
Mari kita mulai dengan mencermati energi pada diri manusia: bagaimana Anda mengangkat Handphone? Tentu, Anda menggunakan energi yang terbentuk lewat proses metabolisme tubuh, dan tersimpan dalam otot.
Itulah energi fisik. Terbentuk setelah kita makan, dan semakin kuat saat kita menolah fisik. Dengan latihan tertentu, seorang bisa melipatgandakan kekuatan fisik tersebut.
Bentuk lainnya adalah energi fikiran, yang di antaranya mengejawantah sebagai daya cipta. Dengan kekuatan pikiran, seseorang dapat mewujudkan keinginannya. Contohnya para pesulap.
Jika kita mencermati fenomena santen dan pelet, dimana seseorang bisa merusak tubuh dan mengendalikan pikirannya. Hal itu sering kita kenal dengan energi metafisik yang berkolaborasi dengan mahluk astral atau perewangan khodam.
Dengan adanya berbagai lapisan masyarakat Jawa, maka timbul hasil pikiran yang banyak. Namun hari beberapa hasil pikiran yang ada, semuanya dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu kajiman, kanoman, dan kasepuhan.
Yang disebut sebagai kelompok adalah jalan pikiran yang ada di masyarakat Jawa. Dan ketiga aliran kepercayaan ini memang ciri khas dan perbedaannya sedikit saja, tetapi perbedaan-perbedaan itu jelas sekaIi nampak.
Dari ajaran-ajaran dan pemahaman yang berlaku dalam masyarakat Jawa, maka dari sekian banyak aliran kepercayaan dapat dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu:
Kajiman
ilmu yang mempelajari keberadaan jin dan makhluk halus sebagai patrner (teman) kerja yang dapat dimanfaatkan untuk membantu berbagai bentuk keperluan manusia. Manusia bisa dikatakan memperbudak makhluk halus bangsa jin dan setan.
Kanoman
ilrnu atau pemahaman yang mempelajari keberadaan makhluk halus bangsa jin yang bisa dimanfaatkan, kekuatan alam dari suatu benda, segala kekuatan yang memiliki sifat gaib.
Kasepuhan
ilmu atau pemahaman tentang keberadaan manusia secara utuh dan sempurna. Dalam pemahaman ini maka pelaku ditujukan untuk memiliki hidup yang lebih sempurna jika dibandingkan dengan kehidupan sebelumnya.
Dalam pemahaman ilmu kasepuhan, maka pelaku dituntut untuk lebih sumeleh (pasrah) kepada Maha Pencipta.
Lantas, Kajiman Sesungguhnya Itu Apa?
Kajirnan adalah berasal dari kata ka-jim-an. Dalam tata bahasa Jawa, maka ·ka-(kata bend a)-an berarti sebuah kata sifat yang menunjukkan hubungan erat atara dua belah pihak. Kajiman sendiri merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari keberadaan makhluk halus bangsa jin sebagai mitra kerja manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.
Penerapan ilmu kajiman dalam masyarakat Jawa memang tak lepas dari keberadaan makhluk halus sebagai media dalam segala hal. Selain memahami keberadaan makhluk halus sebagai media dalam segala hal yang bersifat gaib, kepercayaan ini juga memahami keberadaan benda bertuah.
Posisi benda bertuah dalam aliran kepercayaan kajiman menjadi sebuah benda yang memang dianggap memiliki manfaat, tuah, makna, dan peranan penting.
lmu kajiman oleh sebagian besar penganut aliran kasepuhan dianggap sebagai ilmu “kanibal”, karena mempelajari dan memanfaatkan bangsa jin, tenaga dalam, benda bertuah, dan masih mempercayai adanya Tuhan.
Banyak masyarakat Jawa yang menggunakan makhluk halus sebagai media dan mempercayakan keberadaan manfaat benda-benda bertuah, tetapi tidak mengakui bahwa mereka berada dalam kepercayaan kajiman.
Kajiman tidak bisa lepas dari hubungannya dengan makhluk halus. Bentuk dari makhluk halus yang dimaksud adalah berbagai jenis, termasuk jin dan setan atau iblis.Bentuk dari hubungan yang dijalin oleh manusia dengan makhluk halus ini adalah bentuk sebuah kerja sarna. Makhluk halus dianggap sebagai pembantu manusia dan dianggap sebagai mitra kerja.
Jika membutuhkan suatu bantuan yang berbentuk kerjasama, maka sang ritualis memulai permohonan dengan menyajikan beberapa piranti (uba rampe) sebagai syarat utama dan mutlak diperlukan.
Uba rampe (sesaji) ini memiliki fungsi sebagai makanan makhluk halus. Bentuk kerjasama ini tentunya merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan pada kedua belah pihak. Pihak manusia mendapat pertolongan dan pihak makhluk halus mendapatkan makanan berupa sesaji yang dipersembahkan.
Kajiman sebagai ilmu pengetahuan, merupakan sebuah wadah yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia gaib. Dalam pengertiannya, manusia akan menjadi salah satu anggota dari makhluk halus itu sendiri dan menjadi salah satu bagian dari makhluk halus.
Makhluk halus menjadi penjaga manusia Anggapan yang ada di dalam pikiran ritualis adalah dengan memiliki penjaga yang akan menjaganya, maka ia akan merasa lebih tenang”. Penjaga yang dimaksudkan menjaga dari segala kemungkinan adanya gangguan yang akan datang kepada manusia.
Pentingnya Khodam Penjaga dalam Aliran Kajiman
Untuk mengatasi hal-hal yang gaib, maka manusia harus melakukannya dengan hal yang gaib pula. Untuk itulah manusia harus memiliki penjaga yang akan menjaganya dalam setiap tempat dan waktu.
Cara mengatasi suatu masalah yang dilakukan oleh makhluk halus dalam melayani majikannya, punya cara sendiri-sendiri. Cara satu makhluk haIus dengan makhluk halus lainnya memiliki perbedaan dan kesamaan.
Makhluk halus yang berperan sebagai penjaga merupakan pemahaman pikiran yang menjadi dasar sebuah aliran kajiman. Disebut sebagai kajiman karena memiliki bentuk kerjasama dengan makhluk halus dalam bentuk bantuan. Dari pemahaman pikiran ini, kemudian ritualis ada yang menuntut adanya kekuatan gaib di dalam dirinya.
Orang yang menjalani ritual dan kepercayaan ilmu kajiman akan memasang kekuatan-kekuatan tersebut di dalam dirinya dan akan menjadikan diri ritualis sebagai tempat atau hunian dari makhluk halus yang dipercaya akan menjaganya.
Cara ini biasanya dilakukan dengan menggunakan beberapa piranti sesaji yang dianggap perlu untuk mencapai keinginan. Benda bertuah sebagai susuk Ritualis yang mendalami ilmu kajiman tidak hanya 1 dalam lingkup ekonomi sedang saja, tetapi di kalangan elit pun masih ada yang menjalani ritual untuk mendapatkan ilmu tertentu yang ditujukan bagi keselamatan.
Susuk Adalah Sarana Yang lahir dari Aliran Kajiman
Susuk adalah jenis benda bertuah yang dimasukkan ke dalam diri manusia sebagai penjaga dan benteng dari orang yang dipasanginya. Susuk bisa berupa berbagai benda yang memang dianggap dan dipercaya memiliki kekuatan jika dipasang pada diri manusia.
Cara yang dilakukan ini biasanya dapat dilihat dengan jelas pada saat pemasangan. Benda dipasang di bagian tertentu pada tubuh manusia hanya dengan menekanya ke kulit, maka benda tersebut seperti menghilang, dan memasuki bagian badan tersebut.
Fenomena sebenarnya yang terjadi adalah benda tersebut tidak masuk ke dalam badan manusia, tetapi hanya kekuatan gaibnya saja. Bisa dibayangkan jika benda tersebut berada dalam badan manusia, akan mengganggu beberapa fungsi tubuh.
Fenomena yang terjadi adalah: Benda tersebut merupakan benda bertuah. Di dalamnya terdapat makhluk halus yang menjadi penjaga benda bertuah yang disebut sebagai isi dari benda tersebut. lsi dari benda bertuah ini masuk ke dalam bagian yang telah ditentukan oleh pemasang susuk. Kemudian benda sebagai susuk berada di bawah kekuasaan makhluk halus tersebut.
Untuk rnelepaskan susuk ini dibutuhkan sebuah kernarnpuan yang berada di atas kernarnpuan rnakhluk halus yang rnenjadi isi dari benda tersebut. Susuk yang paling sering dipasang antara lain berbentuk benda sebagai berikut:
Samber iler (digunakan sebagai susuk untuk pernikat lawan jenis)
Intan (digunakan untuk rnernberikan kekuatan kekebalan)
Logam tertentu (digunakan untuk kekebalan)
Emas (pengasihan)
Dan masih banyak lainnya
Keberadaan ilmu Kajiman Kajiman adalah jenis pengetahuan yang sering diartikan sebagai jalan pikiran rnanusia untuk rnenguasai sebuah ilrnu yang berhubungan dengan rnakhluk halus. Dalarn dunia spiritual orang Jawa, maka keberadaan jalan kajirnan ini disebut sebagai sebuah cara untuk rnendekatkan diri dengan hal-hal yang bersifat halus.
Ilrnu kajiman bisa dikatakan ada sebelurn bangsa Indonesia rnengenal adanya agarna, tetapi telah rnengenal adanya kepercayaan-kepercayaan (polytheisrne). Dalarn kepercayaan ini, adanya kekuatan gaib yang rnenguasai suatu daerah dianggap sebagai Tuhan, sedangkan jurnlah dari Tuhan itu sendiri adalah banyak. Namun Ini adalah Salah besar menurut saya, itu menurut saya.
Kepercayaan yang ada dalarn pikiran rnanusia pada jaman dahulu rnernang tidak diragukan lagi terhadap makhluk halus dan benda-benda yang dianggap bertuah. Seperti di Jawa, maka kepercayaan terhadap makhluk halus dan beberapa benda bertuah hingga saat ini masih dianggap sebagai kepercayaan atau aliran kepercayaan kejawen. Pada dasarnya pendapat tersebut masih kurang lengkap dan masih menggunakan pandangan sempit.
Kajirnan merupakan salah satu budaya yang memang menjadi bagian dari Kejawen, tetapi lingkupnya tidak hanya berada di lingkungan suku Jawa saja. Banyak suku lainnya yang menggunakan sistem belajar untuk menguasai kekuatan gaib dengan jalan yang sama.
Pada jaman sekarang, kepercayaan ini disebut sebagai kepercayaan terhadap jin, setan, atau makhluk halus yang menghuni atau menguasai suatu tempat. Namun ada kalanya makhluk halus tersebut berada dalam suatu benda atau di dalam benda bertuah.
Ciri-Ciri Ilmu Kajiman
Lingkup ilmu kajiman Kajiman adalah jenis aliran yang memahami keberadaan jin atau makhluk halus sebagai titik akhir dalam pencarian kemampuan. Dalam hal ini untuk mencari kemampuan dalam aliran kajiman, akan selalu bergelut dan berhubungan dengan makhluk halus.
Dalam penerapan kajiman yang sebenarnya, lingkup yang ada dalam ilmu kajiman memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Ada pendapat bahwa keberadaan makhluk halus yang akan memberikan kemapuan. Karena ilmu kajiman melibatkan diri manusia dengan makhluk halus, maka saat pengucapan mantera, doa, atau sejenisnya Penguasaan ilmu kajiman akan mudah dipelajari dan memakan waktu yang singht dalam penguasaannya. Hal ini dikarenakan bagi makhluk halus yang dipuja akan memberikan kemampuan atau kekuatan secara cepat, apalagi jika didukung dengan sesaji yang lengkap dan berkelas.
Kemampuannya terbatas dan memiliki jangkauan yang terbatas pula. Kemampuan yang dimiliki o leh orang yang menguasai ilmu kajiman memiliki batas, yaitu dapat dikalahkan oleh orang yang memiliki kemampuanmengalahkan jin, contohnya menggunakan ajian Kulhu Geni.
Itulah informasi seputar ilmu Kajiman, semoga Anda bisa mengambil hikmah ilmu ini dengan bijak. Dan pesan saya, jangan menilai segala sesuatu hanya dengan satu sudut pandang saja. melainkan pandanglah dengan banyak sudut pandang.
Dengan begitu Anda bisa menemukan Arti yang hakiki. Semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya.
CATATAN: Semua artikel yang saya sampaikan diatas semata-mata hanya sebagai ilmu pengetahun saja. Dan, saya tidak menyarankan Anda untuk mengikuti atau mempraktekan semua apa yang saya sampaikan. Namun, jika Anda tidak keberatan silahkan saja.
Dan ketika Anda mendapatkan kesalahan pembelajaran atau salah langkah, saya tidak berkenan membantu Anda. Semoga Apa yang saya sampaikan pada catatan ini bisa Anda fahami.
Wahyu Panca Gaib – Sering kali Ajaran kepribadian atau kapribaden dianggap sesat oleh banyak pemeluk agama lain. Mereka lupa sebelum berbagai ajaran agama masuk,nenek moyang/leluhurnya menganut ajaran kapribaden.
Dimata TUHAN semua agama itu sama saja, dan agama hanyalah identitas penganutnya saja. Yang terpenting bagi siapa saja yang percaya keberadaan TUHAN selalu dijalan luhur dan suci itulah yang akan dapat restu TUHAN. Begitulah penuturan para budayawan jawa.
Memang, Tuhan tidak bisa dimiliki secara induvidual oleh agama tertentu. Tuhan tidak butuh pembelaan manusia, karena Tuhan sanggup memusnahkan dan menciptakan segalanya.
Semua agama sudah menjelaskan jangan menyakiti dan memfitnah orang lain. Maka dari itu jika belum apa-apa dan menyelami secara mendalam sudah mengatakan ajaran kapribaden sesat, itu artinya anda adalah orang yang pikirannya dangkal dan sempit.
Masuknya Ajaran Kapribaden
Sebelum ajaran agama masuk/ ada ajaran kapribaden sudah lebih dahulu mengajarkan tentang nilai-nilai luhur seperti berbakti kepada ortu, menghormati leluhur, bersyukur kepada Maha Kuasa dll.
Dalam ajaran kapribaden tidak pernah mengajarkan untuk menyembah batu, pohon, berhala, mahluk halus, jin, setan, manusia dan sebagainya.
Di ajaran kapribaden tidak ada istilah Tuhanku berbeda dengan Tuhan agama lain, karena TUHAN itu TUNGGAL, agama manapun tidak punya hak memiliki TUHAN sendirian.
Ajaran Kapribaden tidak punya tempat ibadah, karena ajaran kapribaden percaya TUHAN ada dimana-mana dan Tuhan tidak bisa dibuatkanTEMPAT TINGGAL YANG SUCI/TIDAK PUNYA TEMPAT TINGGAL KARENA TUHAN MELIPUTI JAGAD RAYA.
Itulah tandanya Tuhan ada dimana-mana dan disetiap kiblat ada Tuhan. Berbeda dengan penganutkapribaden yg percaya Tuhan ada dimana-mana dan tidak perlu Tempat suci dan kiblat bebasmenuruti roso sehingga dibolehkan sembahyang dimanapun baik itu dibawah pohon, tempat ibadah agama lain bahkan dalam posisi duduk di kursi SAMBIL MAKAN/MINUM boleh ATAU disembarang tempat.
*Sampai sini Anda harus tahu, bahwa yang saya bahas adalah sebuah ajaran kejawen wahyu panca gaib. Yang mana tidak semua orang mengikutinya. Disini saya hanya membahas dan memberikan pengetahuan sejarah kepada Anda semua.
Ajaran Kapribaden Bukanlah Agama
Sekali lagi saya tekankan, ajaran jawa atau kapribaden bukanlah sebuah agama, tetapi merupakan ajaran kepercayaan kepada MAHA KUASA/ MOHO SUCI.
Ajaran kapribaden bersifat fleksible, agama apapun boleh mempelajari, namun jangan campur adukkan doa-doanya dengan ajaran agama. Karena doanya sudah bersifat final tidak dapat diubah baik itu ditambah maupun dikurangi. Doanya adalah wahyu yang diturunkan oleh MOHO SUCI kepada Penerima wahyu yaitu ROMO HERUCOKRO SEMONO.
Beliau mempunyai nama asli M. Semono Sastrohadidjojo, beliau dilahirkan oleh Dewi Nawang wulan pada hari jumat paing. Semasa bayi, beliau dibesarkan oleh Ki Kasandhikromo, yang sering juga disebut Ki Kasan Kesambi.
Seorang tokoh spiritual pada jamannya, yang berdiam di desa Kalinongko, Gunung Damar, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Setelah beranjak besar, semono kecil disekolahkan pada sekolah Ongko Loro (SD 5 tahun).Semono, semasa sekolah, setiap hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, membolos. Bukan karena malas atau nakal, tetapi karena malu.
Pada saat matahari tepat di atas, saat semua orang tidak ada bayangannya. Semono bayangannya 12. Karena selalu jadi tontonan teman-temannya, jadi malu. Maka lebih baik membolos. Itulah yang membuat beliau sangat berbeda.
Pada saat usia 14 tahun beliau bertapa di tepi laut Selatan, di Cilacap. Semono bertapa selama 3 tahun (1914 – 1917). Hasilnya, beliau mendapatkan “Cangkok Wijoyo Kusumo”. Berbentuk seperti bunga kering, berwarna coklat kehitaman. Kalau dimasukkan air, akan mengembang sebesar tempatnya. Namun, Semono kecewa, karena tujuan bertapa bukanlah itu.
Akhirnya Beliau mendapat “wangsit” (ilham) untuk melanjutkan laku sampai tahun kembar 5, dan di timur nantinya akan dia temukan apa yang dia cari.
Kemudian beliau memutuskan untuk pulang kerumah. Namun, baju yang dikenakan Semono selama 3 tahun bertapa, hancur. Dengan hanya bercawat dedaunan, Semono pulang dengan cara berjalan malam hari. Saat siang hari sembunyi dan malam harinya digunakan untuk berjalan, karena takut akan malu kalau bertemu orang.
Sampai di rumah, bukannya dirayakan, beliau malah dimasukan kedalam lubang (“luweng”), lalu oleh Ki Kasan, beliau ditanam (“dhipendem”), selama 40 hari 40 malam. hanya diberi batang pohon gelagah untuk bernafas. Dan setiap usai menanak nasi, Nyi Kasan mengepulkan asap nasi itu ke dalam lubang gelagah.
Setelah selesai beliau tetap melakukan laku ritual, walau saat itu beliau menjadi seorang tentara rakyat. Singkat cerita, Tanggal 13 malem 14 November 1955, kebetulan jatuh malem Senen pahing, pukul 18.05, banyak orang di Perak Surabaya, terkejut, menyaksikan rumah Letnan KKO (Letnan Satu Marinir), terbakar.
Tetapi setelah didekati , ternyata bukan api, melainkan cahaya. Bahkan ada kereta keemasan (kreto kencono) di langit, yang turun masuk ke rumah Letnan Semono). Di Jalan Perak Barat No. 93 Surabaya. Peristiwa itulah yang dikenal sebagai mijilnya Romo Herucokro Semono.
Mulai saat itulah beliau mendapatkan ilmu hidup yang sekarang dikenal dengan Wahyu Panca Gaib dan beliau disebut dengan ROMO. Romo disini sebagai bapak dalam bahasa jawa sebagai ungkapan rasa hormat
Wahyu Panca Gaib
Wahyu Panca Gaib adalah ilmu yang dibuat oleh Romo Semono. Setelah beliau wafat tanggal 3 Maret 1981, dan dimakamkan di Kalinongko, Loano, Purworejo. Romo Semono tidak dikaruniai anak. Tetapi meninggalkan ratusan ribu, mungkin jutaan Putro, yang tersebar di mana mana.
Dan peninggalan beliau yang paling berharga adalah Sarana sarana Gaib (Wahyu Panca Gaib), bagi mereka yang ingin Hidup bahagia (Tentrem), agar bisa menjalani dan mencapai “Kasampurnan Jati” pada saatnya masing masing.
Romo Rogo adalah sebutan untuk Bapak M. Semono Sastrohadijojo ( 1900 – 1981 ). Beliaulah yang pertama kali menemukan dan mengembangkan ajaran Wahyu Panca Gaib sehingga bisa sampai kepada kita semua.
1. “K U N C I”
“Kunci iku dhudhu unine, dhudu unen-unene, nanging kang mahanani uni” (Kunci itu bukan bunyinya, bukan kata-katanya, tetapi yang menyebabkan adanya bunyi).
Dalam menjalani Laku selama 41 tahun, Romo Semono menghabiskan waktu 25 tahun hanya untuk melengkapkan “Kunci” saja.
Tiap saat beliau hanya dapat satu huruf. Beberapa saat lagi, baru satu huruf lagi. 25 tahun baru huruf huruf yang beliau dapat itu lengkap, menjadi “Kunci”.
Kata-kata “Kunci” : Gusti ingkang Moho Suci,
Kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti ingkang Moho Suci;
Sirolah, Dhatolah, Sipatolah;
Kulo sejatine satriyo (untuk pria)/wanito (untuk wanita),
nyuwun wicaksono, nyuwun panguwoso,
kangge tumindhake satriyo(untuk pria)/wanito (untuk wanita) sejati;
Kulo nyuwun, kangge anyirnakake tumindhak ingkang luput.
Dihafalkan dulu, kata-katanya, sampai hafal betul dan betul pula lafalnya.
Kalau sudah hafal, lakukan sebagai berikut :
1.Duduk sesantai mungkin, sampai seluruh otot terasa lemas, lepas, napas sudah teratur, tidak memikirkan bernafas lagi.
2.Niat untuk menggunakan “Kunci”
3.Kedua mata terpejam rapat.
4.Tunggu sampai kedua lengan dan tangan bergerak sendiri, bersikap menyembah (patrap Kunci)
5.Ucapkan dalam Rasa, kata kata “Kunci”
Selanjutnya, apapun yang dirasakan, termasuk kalau lengan dan tangan bergerak sendiri, ikuti saja. Tidak perlu takut sama sekali. Tidak akan terjadi apapun, yang tidak baik.
Semua itu merupakan tanda, merupakan bukti, bahwa hidup itu benar benar ada dalam diri kita dan bisa kita rasakan sendiri, kita buktikan sendiri keberadaannya.
Latihlah terus, di saat saat senggang. lama lama kita akan hafal betul, bagaimana rasanya, kalau kita menggunakan “Kunci” Hidup itu.
2. “A S M O”
“Asmo”, diberikan, hanya kepada mereka yang sungguh sungguh sudah membuktikan dayanya Hidup lewat “Kunci” dan sudah yakin benar akan kuasanya Hidup. Kemudian bertekad untuk bisa mengikuti segala kehendak (karsanya )-nya Hidup.
Sekali lagi, anda renungkan dan pertimbangkan masak masak. Sebab, kalau Hidup anda sudah dapat “Asmo”, berarti anda sudah sepenuhnya menjadi Penghayat Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil
3. “M I J I L”
“Mijil” itu bermakna atau dari kata-kata: miji artinya menyatu rasa dengan roso atau zat Illahi di dalam diri seseorang. dan jil artinya rasa tersebut keluar/membuka dengan tujuan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kondisi demikian seseorang dalam keadaan online dengan roso sejatinya atau dengan istilah lain menyatu dengan alam mikrokosmos (jagad kecil), yang kata-kata sebagai berikut :
1.ASMO (sebutkan Asmonya) , JENENG SIRO MIJILO. PANJENENGAN INGSUN KAGUNGAN KARSO, ARSO (MBEKSA BEKSANIRO PRIBADI) (Digunakan untuk sipatnya spiritual / Gulung).
2..ASMO (sebutkan Asmonya) , JENENG SIRO MIJILO. PANJENENGAN INGSUN KAGUNGAN KARSO, RAGANIRO ARSO ………..(sebutkan keiginannya ) (untuk melaksanakan sesuatu / Gelar)
Sikap /”Patrap” Mijil.
Tangan kanan di depan ulu hati, semua jari mengarah keatas, telapak tangan menghadap kekiri. Tangan kiri diletakkan di pinggang sebelah kiri, seperti orang bertolak pinggang.
4. “S I N G K I R”
“Singkir” gunanya untuk menepis “AKU”/”EGO”, dengan segala sifatnya, termasuk angkara murka dalam diri kita sendiri. Kata untuk “Singkir” berikut ini ”
Gusti ingkang moho suci, kulo nyuwon pangapuro dumateng Gusti Ingkang moho suci;
Sirolah, Dhatolah, Sipatolah;
Kulo sejatine satriyo (untuk pria)/wanito (untuk wanita);
Hananiro-hananingsun;
Wujudiro-wujudingsun;
Siro sirno mati dhening satriyo (untuk pria)/wanito (untuk wanita) sejati;
Ketiban idhuku putih, sirno layu dening (sebutkan “Asmo” anda.
Makin lama kita gunakan “Singkir” ini, makin menipis “AKU”/”EGO” anda.
5. “P A W E L I N G”
“Paweling” adalah sarana untuk menghubungkan Hidup didalam diri anda dengan Yang Maha Hidup.
Kata-kata “Paweling” sebagai berikut :
Siji-siji, loro-loro, telu-telonono;
Siji sekti, loro dadi, telu pandito;
Siji Wahyu, loro gratrahino, telu rejeki.
Ajaran Kejawen Menurut Romo Heru Cokro Semono
Kejawen adalah suatu paham mistik JAWA,yakni suatu pengalaman mistik riligius yang berpokok pangkal pada “MANUNGGALING KAWULA GUSTI” dan “SANGKAN PARANING DUMADI”.
Inilah yang disebut penghayatan kapribaden yang menuju kepada SANG PRIBADI.Menuju KEDALAM DIRI,bersifat GULUNG sampai kepada SANG GURU SEJATI.
AJARAN KAPRIBADEN YANG BENAR DIAJARKAN :
Serahkan diri anda sepenuhnya kepada MAHA SUCI,katakanlah pada diri sendiri AKU adalah MILIKNYA,kehendak-NYA-lah yang harus terjadi bukan kehendakku.
Rasakanlah bahwa BELIAU ada dimana-mana
Jangan mengembangkan ajaran buruk.
Jangan lupa kewajiban setiap hari dan selalu ingat KUNCI.
Jangan campuri dan mengkafir-kafirkan keyakinan orang lain.
Mencintai diri sendiri dan semua mahluk hidup DLL.
Penghayat kapribaden diajarkan untuk memperkenalkan manusianya [raga dan pikirannya] kepada hidup-nya sendiri. Selanjutnya manusianya dipersilakan berguru kepada guru sejatinya sendiri, Yaitu hidupnya sendiri.
Disini yang paling utama unsur-unsur olah roso menduduki tempat utama dengan penghayatan secara pribadi sehingga memperoleh pengalaman mistik religius secara langsung.
“BARANG SIAPA MENGENAL BADANNYA SENDIRI,PASTI AKAN MENGENAL TUHAN,DAN BARANG SIAPA MENGENAL TUHAN,PASTI AKAN MENGENAL BADANNYA SENDIRI”.
Laku Panca Gaib adalah “ Laku Olah Rasa/Roso “, dimaksudkan mempelajari Rasa yang diperintahkan oleh Urip Nya dari seseorang yang menjalankan laku .
Sebagai keseimbangan Nya adalah “ Laku Olah Budi-pakarti dan Panca-indera “. Kedua Laku Olah Rasa dan Olah Panca-indera/ Budi pekerti harus seimbang, harus terjadi keseimbangan laku yang disebut lahir dan batin.
Disini bisa disebut manusia seperti ini menjalankan kehidupan yang sempurna sebagai layaknya manusia ciptaan Tuhan / Gusti Ingkang Moho Suci .
Laku olah rasa dalam Panca Gaib, terletak ( lungguhing ) ada di detak Jantung. Sedang Olah Panca Indera letaknya di Paru-paru .
Mengapa demikian ?
Menurut kenyataanya Olah rasa yang terletak di jantung manusia itu diperintahkan oleh Urip ( Moho Suci ) tidak dapat diperintahkan oleh Pakarti, sedangkan gerak Paru-paru masih bisa diperintahkan oleh Budi pakarti / Panca- indera .
Pengalaman religius adalah pengalaman yang mendalam,yang merangkum kesunyataan sedemikian menyeluruh, sehingga manusia merasa terangkat ke dimensi yang lain, yang melampaui batas-batas dirinya, yang rahasia, yang tak terucap, yang khudus, Yang ILLAHI.
Untuk menguasai/mempelajari Kapribaden setiap pengikutnya diwajibkan menjalani laku. LAKU adalah suatu usaha yang tekun dan bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas diri.
Karena LAKU itu sebagai penegak dan penguat tekad yang dilandasi dengan budi luhur sebagai pemunah nafsu angkara.
Inti LAKU itu pengendalian diri,yaitu membatasi dan tidak mengumbar keinginan kearah kenikmatan lahiriah melulu.
Pelaku penghayat Kapribaden juga diajarkan untuk “membalik micro cosmosnya” atau “dunia kecilnya sendiri ” (bhs.jawa; nyungsang-bawono-balik). Kalau sebelumnya Urip atau roh Allah yang berada di dalam dirinya diperbudak mengikuti kehendak manusianya, kini dibalik manusianya yang selalu mengikuti kehendak Urip.
Karena Urip berasal dari Tuhan maka selalu baik dan benar sedangkan manusia bisa buruk dan salah.
Lalu bagaimana bisa mengerti kehendak Urip?
Petunjuk bisa diterima manusia melalui roso sejati atau hati nurani (bhs.inggris; deep feeling). Untuk bisa berkomunikasi dengan Uripnya sendiri penghayat Kapribaden mengikuti ajaran Romo Herucokro Semono yang bisa anda temukan dalam Ajaran Romo Herucokro Semono tentang “nggayuh kasampurnaning Urip”
YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT KOMUNIKASI DENGAN URIP BISA terwujud kepada KEBIJAKSANAAN HIDUP YAITU :
Bisa berwujud INSPIRASI
Bisa berwujud ILHAM
Bisa berwujud TIBA-TIBA MUNCUL INISIATIF
Bisa berwujud LANGSUNG KROSO & TAHU YANG SEHARUSNYA
Bisa berwujud PERTOLONGAN DALAM KEHIDUPAN
Bisa berwujud SARAN-MIMPI
Bisa berwujud PETUNJUK GAIB dll.
Yang perlu sekali adalah kita harus TATA-TITI maksudnya kita harus TELITI- AWAS-PENUH PENGAMATAN DIRI.
Intinya bila manusia mati, raganya langsung lebur kembali menjadi tanah, air, hawa, dan api (energy, kalori), sedang Uripnya langsung Manunggal/bersatu dengan Tuhan, Gusti ingkang Moho Suci [moksa].
Dalam kapribaden tidak ada istilah berada disisi-NYA,karena berada DISISI-NYA sama dengan tidak dapat tempat. Yang artinya di alam antara atau alam penantian.
Karena urip/roh berasal dari Tuhan maka harus kembali /lebur/menyatu dg Tuhan.
Untuk menjalankan LAKU yang harus dilakukan adalah :
1.LAKUNE RAGA : sabar narimo,iklas kanthi ngalah,welas lan asih,sarta jujur temen temenan
2.PANGOLAHIRA : mijil
3.PANGRENGGANIRA : cegah dahar lawan guling.
Larangan yang harus dihindari oleh pengikut kapribaden adalah hindari MO-LIMO :
# MO ke 1 : minum, hindari minuman keras [mabok]
# MO ke 2 : madat, hindari madat bangsa narkoba dll.
# MO ke 3 : madon, hindari selingkuh/zina.
# MO ke 4 : main, hindari main judi
# MO ke 5 : maling, hindari mencuri,menipu dll.
Jika sudah menjalankan kesemua itu barulah seorang pengikut boleh dikatakan sudah menguasai sebagian dari kapribaden.Untuk benar-benar menguasai kapribaden itu terbilang SULIT,tidak semudah membalikkan telapak tangan.Karena NGELMU dalam kapribaden adalah suatu cita-cita yang luhur.
Dalam memahami kapribaden tidak bisa dikuasai dengan cepat seperti membaca kitab suci agama kemudian menafsirkannya. Namun harus tekun dan selalu belajar,kapribaden tidak bisa ditafsirkan, perbuatannya harus nyata luhur dan suci.Yang paling Utama dalam kapribaden adalah SEMBAH RASA.
SEMBAH RASA adalah tarap menurutnya dan taat RASA JIWA manusia sampai BISA CAMPUR MANUNGGAL dengan RASA KETUHAAN.SEMBAH RASA sama dengan TINGKAT RASA semata-mata.TINGKAT RASA adalah suatu tingkat dalam segala-galanya SUDAH MENJADI NYATA.
NYATA bukan sekedar pengertian atau pengetahuan belaka tetapi sudah bukan sekedar belaka atau bukan sekedar kepercayaan belaka tapi sudah tingkat nyata.
Orang jawa bilang : “ONO IKU ONO AMARGA ONO”.
Sehingga kesimpulannya “BAHWA MANUSIA ITU TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DENGAN TUHANNYA”. Bahwa Tuhan itu ada didalam manusia yang tak terpisahkan. Kapribaden tidak bisa ditafsirkan tapi harus dipahami, diyakini dan dirasakan dalam ilmu Wahyu Panca Gaib.
Demikian Penjelasan saya tentang Wahyu Panca Gaib ajaran dari Heru Cokro Semono. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.
CATATAN = Saya (Ki Bagus Wijaya) Tidak mengajarkan Ajaran Kejawen dan Tulisan saya ini hanya sebatas Pengetahuan saja. Jika Anda Meyakini tentang Ajaran Kejawen ini, itu adalah Hak Anda. Sekali lagi, saya tidak menyediakan Fasilitas atau Wadah Apapun yang berkenaan dengan ajaran ini. Saya memandang Semua Ajaran Kejawen hanya sebatas Kebudayaan dan Tradisi Saja.
Aliran Kejawen Sapto Darmo merupakan salah satu aliran kejawen yang sangat besar. Seperti yang saya bahas secara singkat pada Pembahasan Macam-macam Aliran Ilmu Kejawen kemarin, bahwa Ajaran Sapto Darmo adalah ajaran yang mengajarkan tentang 7 Kewajiban.
Lalu, seperti apa dan bagaimana ajaran-ajaran Sapto Darmo bagi para penganutnya? Berikut penjelasannya secara ringkas.
Tujuh Kewajiban Suci ( Aliran Kejawen Sapto Darmo )
Penganut Sapto Darmo meyakini bahwa manusia hanya memiliki tujuh kewajiban atau disebut juga tujuh wewarah suci, yaitu:
Setia dan tawakkal kepada Pancasila Allah (Mahaagung, Maharahim, Mahaadil, Mahakuasa, dan Mahakekal).
Jujur dan suci hati menjalankan undang-undang negara.
Turut menyingsingkan lengan baju menegakkan nusa dan bangsa.
Menolong siapa saja tanpa pamrih, dilakukan atas dasar cinta kasih.
Berani hidup atas kepercayaan penuh pad a kekuatan diri sendiri.
Hidup dalam bermasyarakat dengan susila dan disertai halusnya budi pekerti.
Yakin bahwa dunia ini tidak abadi, akan tetapi berubahubah (angkoro manggilingan).
Panca Sifat Manusia Dalam Ajaran Sapto Darmo
Menurut Sapto Darmo, manusia harus memiliki lima sifat dasar, yakni:
Berbudi luhur terhadap sesama umat lain.
Belas kasih (welas asih) terhadap sesama umat yang lain.
Berperasaan dan bertindak adil.
Sadar bahwa manusia dalam kekuasaan (purba wasesa) Allah.
Sadar bahwa hanya rohani manusia yang berasal dari Nur Yang Mahakuasa, yang bersifat abadi.
Konsep tentang Alam
Sedikit berbeda dengan Filsafat Jawa Tentang Alam, Konsep alam dalam pandangan Sapto Darmo meliputi tiga jenis alam sebagai berikut:
Alam wajar, yaitu alam dunia sekarang ini.
Alam abadi, yaitu alam langgeng atau alam kasuwargan. Dalam terminologi Islam, maknanya mendekati alam akhirat.
Alam halus, yaitu alam tempat roh-roh yang gentayangan (berkeliaran) karena tidak sanggup langsung menuju alam kasuwargan. Roh-roh tersebut berasal dari manusia yang selama hidup di dunia banyak berdosa.
Konsep Peribadatan Konsep ibadah dalam Sapto Darmo tercermin pada ajaran mereka tentang sujud dasar. Sujud dasar ini terdiri dari tiga kali sujud menghadap ke timur. Sikap duduk dilakukan dengan kepala ditundukkan sampai ke tanah, mengikuti gerak naik sperma yakni dari tulang tungging ke ubun-ubun melalui tulang belakang, kemudian turun kembali. Amalan ‘seperti ini dilakukan sebanyak tiga kali. Dalam sehari semalam, pengikut Sapto Darmo diwajibkan melakukan sujud dasar setidaknya satu kali, sedangkan selebihnya dinilai sebagai keutamaan.
Menyatu dengan Tuhan
Sama dengan konsep Ketuhanan pada kejawen lainnya. Sebagai hasil dari amalan sujud dasar, mereka meyakini dapat menyatu dengan Tuhan dan menerima wahyu tentang hal-hal gaib. Mereka juga meyakini bahwa orang yang sudah menyatu dengan Tuhan bisa memiliki kekuatan besar (dahsyat) yang disebut sebagai atom berjiwa, akal menjadi cerdas, dan dapat menyembuhkan atau mengobati berbagai penyakit.
Hening
Hening adalah salah satu ajaran Sapto Darmo yang dilakukan dengan cara menenangkan semua pikiran seraya mengucapkan, “Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rahim, Allah Hyang Maha Adil. ” Orang yang berhasil dalam melakukan hening akan dapat melakukan hal-hal yang luar
biasa, antara lain:
Melihat dan mengetahui keluarga yang tempatnya jauh,
Mampu melihat arwah leluhur yang sudah meninggal, Dapat mendeteksi suatu perbuatan, jadi dikerjakan atau tidak,
Dapat mengirim atau menerima telegram rasa,
Melihat tempat yang angker untuk dihilangkan keangkerannya, dan
Bisa Menerima wahyu atau berita gaib.
Racut
Inti dari ajaran dan praktik racut adalah memisahkan rasa, pikiran, atau roh dari jasad tubuhnya untuk menghadap Allah, kemudian kembali ke tubuh asalnya setelah tujuan yang diinginkan tercapai. Caranya, setelah melakukan sujud dasar, pelaku kemudian membungkukkan badan dan tidur membujur dalam arah timur-barat dengan kepala berada di bagian timur, posisi tangan dalam keadaan bersedekap di atas dada (sedekap saluku tunggal), dan harus mengosongkan pikiran. Kondisi tubuh di mana akal dan pikirannya kosong sementara roh berjalan-jalan itulah yang dituju dalam racut, atau disebut juga kondisi mati sajroning urip Atau yang sering disebut dengan meraga sukma.
Simbol-Simbol
Mengenai simbol-simbol, ada empat simbol pokok yang digunakan dalam aliran kebatinan Sapto Darmo, yaitu:
Gambar segi empat, yang menggambarkan manusia seutuhnya.
Warna dasar hijau muda pada gambar segi empat, yang melambangkan sinar cahaya Allah.
Empat sabuk lingkaran dengan warna yang berbeda-beda, yaitu hitam melambangkan nafsu lauwamah, merah melambangkan nafsu ammarah, kuning melambangkan nafsu sauwiyah, dan putih melambangkan nafsu muthmainnah.
Vignette Semar (gambar arsir Semar) melambangkan budi luhur. Genggaman tangan kiri melambangkan roh suc, pusaka Semar melambangkan kekuatan sabda suci, sedangkan kain kampuh berlipat lima (wiron limo) melambangkan taat kepada Pancasila Allah.
Memang Para penganut Sapto Darmo mendasarkan apa saja yang dilakukan sebagai suatu ibadah, baik makan, tidur, maupun aktivitas-aktivitas lainnya.
Akan tetapi, ibadah utama yang wajib dilakukan adalah sujud, racut, hening, dan ulah rasa. Sujud adalah ibadah menyembah Tuhan, sekurang-kurangnya dilakukan sekali sehari. Racut adalah ibadah menghadapnya roh sud manusia ke Hyang Maha Kuwasa.
Dalam ibadah ini, roh suci terlepas dari raga manusia untuk menghadap ke alam langgeng / surga. Ibadah ini sebagai bekal perjalanan roh setelah kematian. Hening adalah semadi atau mengosongkan pikiran dengan berpasrah atau mengikhlaskan diri kepada Sang Pencipta. Sedangkan, ulah rasa adalah proses relaksasi untuk mendapatkan kesegaran jasmani setelah bekerja keras/olahraga.
Ajaran Sapto Darmo tidak membicarakan surga dan neraka, tetapi mempersilakan para penganutnya untuk melihat sendiri adanya surga dan neraka tersebut dengan cara racut. Kejahatan, kesemena-menaan, dan sebagainya mencerminkan neraka dengan segenap reaksi yang ditimbulkannya. Begitu juga dengan kebaikan, seperti bersedekah, mengajarkan ilmu, dan menolong sesama, mencerminkan surga.
Ajaran Sapto Darmo lebih fokus pada pengembangan budi pekerti yang saat ini semakin terdegradasi di negeri kita. Berbagai penyimpangan, seperti tawuran antarpelajar, pemerkosaan terhadap anak-anak dan perempuan, serta perdagangan manusia terjadi hampir setiap hari. Semua catatan penyimpangan akan terus bertambah dan barangkali bisa menjadi daftar panjang tak berkesudahan.
Belum lagi jika ditambah dengan tindak korupsi yang dilakukan para pejabat negeri ini. Nah, salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi ini adalah dengan terus menumbuh kembangkan budi pekerti sebagaimana yang dilakukan oleh para penganut aliran kejawen, Sapto Darmo.
Demikianlah sedikit penjelasan ringkas tentang ajaran Sapto Darmo, semoga memberikan Anda pandangan yang benar tentang Aliran Kejawen. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi pada Pembahasan selanjutnya. Wassalamualaikum Wr Wb.
CATATAN = Saya (Ki Bagus Wijaya) Tidak mengajarkan Ajaran Sapto Darmo dan Tulisan saya ini hanya sebatas Pengetahuan saja. Jika Anda Meyakini tentang Ajaran Sapto Darmo ini, itu adalah Hak Anda. Sekali lagi, saya tidak menyediakan Fasilitas atau Wadah Apapun yang berkenaan dengan ajaran ini. Saya memandang Semua Ajaran Kejawen hanya sebatas Kebudayaan dan Tradisi Saja.
Aliran Ilmu Kejawen – Pada Pembahasan sebelumnya kita telah membahas secara panjang lebar mengenai seluk beluk mistik kejawen hingga para tokoh mistik kejawen beserta ajaran-ajarannya.
Namun, tak lengkap rasanya jika kita tidak mengenal aliranaliran kejawen yang ada di nusantara. Untuk itulah, pada bab ini, secara khusus kita akan membahas mengenai hal tersebut.
Dari sekian banyak aliran kejawen yang masih dan pernah eksis di Tanah lawa, ada lima aliran kejawen yang paling besar dan terkenal, yakni Sapto Darmo, Hardapusara, Susila Budi Darma (Subud), Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu), dan Paguyuban Sumarah. Siapakah mereka dan seperti apa ajaran-ajaran mereka?
Aliran – Aliran Ilmu Kejawen yang ada di Indonesia
Aliran Kejawen Sapto Darmo
Sapto Darmo atau Sapta Darma merupakan salah satu Aliran Ilmu Kejawen yang cukup besar. Sapto Darmo adalah yang termuda dari kelima gerakan kebatinan terbesar di Jawa yang didirikan pada tahun 1955 oleh seorang guru agama bernama Hardjosaputro, yang kemudian mengganti namanya menjadi Panuntun Sri Gutomo.
Berbeda dengan keempat organisasi lain yang akan kita bahas pada bab ini, Sapto Darmo beranggotakan orang-orang dari daerah pedesaan dan para pekerja kasar yang tinggal di kota-kota.
Kendati demikian, para pemimpinnya hampir semua priyayi. Buku yang berisi ajarannya adalah kitab Pewarah Sapto Darmo. Nama Sapto Darmo diambil dari bahasa Jawa, sapto yang berarti tujuh dan darmo yang berarti kewajiban suci. Jadi, Sapto Darmo artinya tujuh kewajiban suci.
Hardapusara adalah Aliran Ilmu Kejawen yang tertua di antara kelima aliran kejawen terbesar di Tanah Jawa. Aliran ini didrikan pada tahun 1895 oleh Kyai Kusumawicitra, seorang petani di Desa Kemanukan, dekat Purworejo.
Konon, ia mendapatkan ilmu dengan menerima wangsit dan ajaran- ajarannya semula disebut kawruh kasunyatan gaib. Mulamula, para pengikutnya adalah para priyayi dari Purworejo dan beberapa kota lain di daerah Bagelan.
Aliran ini dahulu pernah berkembang dan mempunyai cabang-cabangnya di berbagai kota di Jawa Tengah, Jawa timur, dan Jakarta. Jumlah anggotanya konon sudah mencapai beberapa ribu orang. Ajaran-ajarannya termaktub dalam dua buah buku yang oleh para pengikutnya sudah hampir dianggap keramat, yaitu Buku Kawula Gusti dan Wigati.
Aliran Kejawen Susila Budhi Dharma (Subud)
Salah satu Aliran Ilmu Kejawen terbesar lainnya yang ada di Tanah Jawa adalah Susila Budhi Dharma atau yang disingkat dengan SUBUD. Aliran ini didirikan pada tahun 1925 di Semarang dan pusatnya berada di Jakarta. Aliran Susila Budhi Dharma ini tidak mau disebut budaya kebatinan. Mereka menamakan diri “pusat latihan kejiwaan”.
Aliran kebatinan yang beranggotakan ribuan orang ini tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia dan mempunyai cabang di luar negeri. Para pengikutnya berasal dari berbagai negara, ada orang Asia, Eropa, Australia, dan Amerika.
Doktrin ajaran aliran ini dimuat dalam buku berjudul Susila Budhi Dharma. Selain itu, aliran ini juga menerbitkan majalah berkala bernama Pewarta Kejiwaan Subud. Salah satu aliran kepercayaan asli Indonesia bernapaskan Islam kejawen ini sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Jauh sebelum era globalisasi dan pasar bebas, Susila Budhi Dharma telah tersebar di delapan puluh negara dengan anggota dua puluh ribu orang. Susila Budhi Dharma didirikan oleh almarhum R.M. Muhammad Subuh Sumohadiwijoyo.
Aliran kejawen ini mulai menyebar ke luar negeri sejak tahun 1954, dibawa oleh seorang berkebangsaan Inggris yang beragama Islam, Husein Rofe. Sementara, Muhammad Subuh Sumohadiwijoyo memulai lawatan ke luar negerinya pada tahun 1957, dan semasa hidupnya ia telah berpuluh-puluh kali berkunjung ke berbagai negara di dunia.
Aliran Kejawen Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu)
Pagguyuban Ngesti Tunggal atau lebih terkenal dengan nama Pangestu adalah sebuah budaya kebatinan lain yang cukup luas jangkauannya. Paguyuban ini didirikan oleh Soenarto, yang konon sekitar tahun 1932-1933 menerima wangsit yang oleh kedua orang pengikutnya dicatat kemudian diterbitkan menjadi buku Sasangka Djati.
Pangestu didirikan di Surakarta pada bulan Mei 1949. Anggotanya kini berjumlah 50.000 orang yang tersebar di berbagai kota di Jawa, terutama berasal dari kalangan priyayi. Namun demikian, anggota yang berasal dari daerah pedesaan juga banyak, khususnya yang tinggal di pemukiman transmigrasi di Sumatera dan Kalimantan.
Majalah yang dikeluarkan paguyuban ini adalah Dwijawara, yang merupakan tali pengikat bagi para anggotanya yang tersebar di seluruh nusantara. Asal-usul mengenai ajaran Paguyuban Ngesti Tunggal tidak terlepas dari riwayat hidup pendirinya, R. Soenarto Mertowardojo. Mertowardojo dilahirkan pada tanggal 21 April 1899 di desa Simo, Kabupaten Boyolali, Surakarta, sebagai putra keenam dari keluarga R. Soemowardojo.
Sejak kecil, ia tidak diasuh oleh orang tua kandungnya, tetapi dititipkan untuk tinggal dan dibesarkan oleh orang lain (dalam bahasa Jawa disebut ngenger). Di dalam buku Sabda-Sabda Pratama yang diterbitkan oleh Proyek Penerbitan dan Perpustakaan Pangestu, dikatakan bahwa pada tanggal14 Februari 1932 , R. Soenarto menerima wahyu pertama ketika melakukan shalat daim. Shalat daim adalah doa terus-menerus untuk mencapai tingkat pengetahuan yang sempurna.
Aliran Kejawen Paguyuban Sumarah
Paguyuban Sumarah lahir di kota yang menjadi markas pemerintahan Republik Indonesia selama masa revolusi. Layaknya “bangsa” yang baru memproklamasikan diri, Sumarah tampil secara terbuka pada tahun 1945 meski baru menjadi sebuah organisasi resmi pada tahun 1950.
Gerakan ini dibayangkan dalam relung kesadaran kaum muda masa revolusi pada penghujung tahun 1940-an. Jika dilihat dari asalnya, akar Sumarah menghunjam pada pengalaman para mistikawan Jawa dari generasi yang termatangkan pada akhir Perang Dunia I, yaitu mereka yang telah mengenyam pendidikan Belanda.
Paguyuban Sumarah terorganisasi lewat gelombang perjuangan pemuda yang sama yang mengejawantahkan (menyebarkan kebudayaan jawa) bangsa ini. Paguyuban Sumarah merupakan organisasi besar yang dimulai sebagai suatu gerakan kecil, dengan pemimpinnya bernama R.Ng. Sukirno Hartono dari Yogyakarta.
la mengaku menerima wahyu pada tahun 1935. Pada kahir tahun 1940- an, gerakan itu mulai mengalami kemunduran, namun berkembang kembali pada tahun 1950 di Yogyakarta. Jumlah anggotanya kini sudah mencapai 115.000 orang, baik yang berasal dari golongan priyayi maupun dari kelas-kelas masyarakat lain.
Demikian ulasan saya tentang berbagai macam Aliran Ilmu Kejawen yang ada di Indonesia, sebenarnya masih banyak lainya, namun yang paling berpengaruh dan terkenal ada 5 diatas. Semoga dengan penjelasan saya dapat memberikan Anda ilmu yang bermanfaat. Wassalamualaikum
CATATAN = Saya (Ki Bagus Wijaya) Tidak mengajarkan Ajaran Kejawen dan Tulisan saya ini hanya sebatas Pengetahuan saja. Jika Anda Meyakini tentang Ajaran Kejawen ini, itu adalah Hak Anda. Sekali lagi, saya tidak menyediakan Fasilitas atau Wadah Apapun yang berkenaan dengan ajaran ini. Saya memandang Semua Ajaran Kejawen hanya sebatas Kebudayaan dan Tradisi Saja.
Wirid Hidayat Jati – Secara antropologis, kebatinan merupakan sistem kepercayaan yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia khususnya suku Jawa. Karenanya kebatinan juga sering disebut “ Kejawen” atau “ Javanisme”.
Nah, kebatinan adalah upaya melestarikan kebudayaan kejawen pada bidang spiritual. Munculnya berbagai macam aliran kebatinan yang demikian banyak jumlahnya membuat perbendaharaan ilmu jawa semakin lengkap.
Kali ini saya akan membahas salah satu aliran kebatinan yang di didirikan oleh salah satu keturunan pujangga yang berasal dari Surakarta, yang bernama Ronggowarsito. Seperti yang sudah saya bahas dalam Biografi singkat Ronggowarsito, beliau adalah pujangga yang memiliki banyak sekali sastra jawa tentang kehidupan.
Salah satunya adalah Serat Wirid Hidayat Jati, untuk lebih jelasnya mari kita lihat pembahasan tentang Wirid Hidayat Jati berikut ini.
Serat Wirid Hidayat Jati
Wirid Hidayat Jati adalah Sebuah kitab mistik karya dari R. Ng. ronggowarsito. Kitab ini kadangkala disebut secara singkat dengan nama Serat Wirid atau Hidayat Jati. Kebanyakan isi dari serat Hidayat jati ini mengajarkan tentang Tasawuf.
Hidayat jati disusun dalam bentuk prosa (Jarwo), berisi ajaran mistik yang sangat lengkap.
Serat ini menerangkan secara lengkap tata cara mengajarkan ilmu makrifat untuk kesempurnaan hidup seperti yang disebutkan oleh para wali. Ajaran wali ini ada pada akhir kerajaan Demak sampai kerajaan Pajang, delapan wali yang mau memberikan ajaran wirid yaitu :
Sunan Parapen, ajarannya tentang bisikan adanya zat,
Sunan Drajat, ajarannya tentang wahana,
Sunan Ngatasangin, penjelasan tentang keadaan zat,
Sunan Kalijaga, ajarannya tentang susunan singgasana Baitul Makmur,
Sunan Tambayat, ajarannya tentang singgasana Baitul Muharram,
Sunan Padusan, ajarannya tentang singgasana Baitul Muqaddas,
Sunan Kudus, ajarannya tentang peneguh kesentsaan Iman,
Sunan Geseng, ajarannya tentang sasahidan (persaksian)
Wejangan (ajaran) itu semua memiliki satu sumber, yaitu ajaran Sunan Ampel. Kemudian setelah sampai zaman Mataram, Sultan Agung Anyakrakusuma berkeinginan menghimpun kedelapan tingkat ajaran tersebut supaya benar isi maksudnya.
Wejangan yang telah disatukan tadi semuanya bersumber dari kutipan-kutipan kitab tasawuf. Masing-masing bersandar pada dalil ilmu sebagai petunjuk dalam menjelaskann firman Tuhan Yang Maha Suci, bahwa manusia adalah cerminan diri (Tajalli) Zat Yang Esa. Itulah yang menjadi inti ilmu makrifat, seperti yang diajarkan para Nabi dan para wali zaman dahulu.
Konsep Tuhan di dalam Wirid Hidayat Jati
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Wirid Hidayat Jati berisi ajaran delapan orang wali dari tanah Jawa, yang telah dikumpulkan menjadi satu. Ajarannya terbagi menjadi delapan wejangan atau delapan dalil. Konsep tentang Tuhan terdapat dalam wejangan (dalil) pertama yang disebut “Bisikan adanya zat”, seperti kutipan sebagai berikut.
Sesungguhnya tidak ada apa-apa, karena ketika masih dalam keadaan kosong, belum ada sesuatu, yang pertama ada adalah Aku, tidak ada Tuhan kecuali Aku, hakikat Zat yang Mahasuci, yang meliputi sifat-Ku, yang menyertai nama-Ku, yang menandai perbuatan-Ku.
Selanjutnya di dalam Wirid Hidayat Jati juga terdapat penjelasan tentang maksud ungkapan bisikan tentang Zat, khususnya “ Zat yang Mahasuci meliputi sifat-Ku, menandai perbuatan-Ku” sebagai beerikut:
Zat mengandung sifat seumpama madu dengan rasa manisnya, pasti tidak dapat dipisahkan.
Sifat menyertai nama, seumpama matahari dengan sinarnya, pasti tidak dapat dibedakan.
Nama menandai perbuatan, seumpama cermin, orang yang bercermin dengan bayangannya, pasti bayangannya akan mengikuti segala tingkah laku orang yang bercermin
Adapun perbuatan menjadi wahana Zat, seumpama samudera dengan ombaknya, pasti keadaan ombak mengikuti samuderanya.
Penjelasan tentang hubungan antara Zat dengan sifat, asma, dan af’al tersebut sekali, merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Ajaran Martabat Tujuh di dalam Wirid Hidayat Jati
Ajaran martabat tujuh sebenarnya berasal dari kitabb Tufal al-Mursalal ila Ruh al-Nabi karya Muhammad Ibn Fadlullah al-Burhanpuri (wafat 1620) seorang sufi dari India. Yang sudah saya bahas pada artikel Martabat Tujuh.
Ajaran Martabat tujuh di dalam Wirid Hidayat Jati adalah sebagai berikut :
Sajaratu Yakin, tumbuh dalam alam hampa yang sunyi, azali abadi, berarti pohon kehidupan yang berada di alam hampa sunyi selamanya. Itulah hakikat Zat mutlak yang qadim, hakikatZat yang pasti paling dahulu, yaitu zat atma yang menjadi wahana alam Ahadiyah.
Nur Muhammad berarti cahaya yang terpuji. Diceritakan dalam hadis, seperti burung merak, berada dalam permata putih, pada arahsajaratul yakin. Itulah hakikat cahaya yang diakui sebagai tajalliZat, berada dalam nukat gaib, merupakan sifat atma dan menjadi wahana alam wahdah.
Mir’atul haya’i berarti kaca wira’i. Diceritakan dalam hadis, Mir’atul haya’i berada dalam Nur Muhammad. Itulah hakikatpramana yang diakui rahsanya Zatt sebagai nama atma. Dan menjadi wahana alam wahidiyah
Roh Idlofi berarti nyawa yang jernih. Diceritakan dalam hadis, roh idlofiberasal dari Nur Muhammad. Itulah hakikat sukma yang diakui keadaan Zat, merupakan perbuatan atma, menjadi wahan alam arwah.
Kandil berarti lampu tanpa api. Diceritakann dalam hadis, kandil berupa permata yang berkilauan cahayanya, tergantung tanpa ikatan. Itulah keadaan Nur Muhammad, serta tempat berkumpul semua roh. Itulah hakikat angan-angan yang diakui sebgai bayangan Zat, sebagai pemangku atma, menjadi wahana alam mitsal.
Dharrah berarti permata. Diceritakan dalamm hadis, dharrah memiliki sinar neraneka warna, satu tempat dengan malaikat. Itulah hakikat budi yang diakui sebagai perhiasan Zat, pintu atma, menjadi wahana alam ajsam.
Hijab, dinding jalal, berarti tabir yang agung. Diceritakan dalam hadis, hijab timbul dari permata beraneka warna, ketika bergerak menimbulkan buih, asap dan air. Itulah hakikat jasad, merupakan tempat atma, menjadi wahana alam insan kamil
Konsep Manusia di dalam Wirid Hidayat Jati
Ajaran martabat tujuh di dalam Tuhfah merupakan penjelasan tentang pola penampakan diri (tajalli) Tuhan dalam tujuh martabat, sehinggga tercipta alam semesta seisinya, termasuk manusia. Tiga tajalli pertama disebut martabat batin, yaitu ahadiyah, wahdah, dan wahidiyah. Dari ketiga martabat ini kemudian muncul martabat lahir, yakni Alam Arwah, Alam Mitsal, dan Alam Ajsam. Tiga martabat batin dan tiga martabat lahir tersebut berkumpul menjadi satu di dalam martabat ketujuh, yaitu Insan Kamil.
Penjelasan tentang Pennjelasan manusia melalui tujuh martabat di dalam Wirid Hidayat Jati diterangkan sebagai berikut.
Sesungguhnya Aku Zat Yang Maha Pecipta dan Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu, terjadi dalam seketika, sempurna lantaran kodrat-Ku, sebagai pertanda perbuatan-Ku, merupakan kenyataan kehendak-Ku. Mula-mula Aku menciptakan hayyu bernama sajaratul yakin. Tumbuh dalam alam makdum yang azali abadi. Setelah itu cahaya bernama Nur Muhammad, kaca bernama mir’atul haya’i, nyawa bernama roh idlofi, lampu bernama kandil, permata bernama dharrah, dan dinding-jalal bernama hijab, yang menjadi penutup hadirat-Ku.
Penciptaan manusia selanjutnya di dalam Wirid Hidayat Jati diterangkan sebagai berikut.
Sesungguhnya Aku menciptakan Adam berasal dari empat unsur:
Tanah,
Api,
Angin,
Dan air.
Semua menjadi perwujudan sifat-Ku, di mana Kumasuki mudah lima macam:
nur,
rahsa,
ruh,
nafsu,
dan budi
Untuk menjadi penutup wajah-Ku Yang Mahasuci. Kutipan diatas juga menerangkan bahwa jasad manusia dimasuki mudah lima macam, yaitu nur, rahsa, roh, nafsu, dan budi. Bagaimana cara masuknya lima macam itu juga diterangkan dalam Wirid Hidayat Jati seperti berikut.
Diceritakan dalam hadis, “masuknya mudah lima macam mulai dari ubun-ubun berhenti di otak, turun ke mata, turun ke telinga, turun ke hidung, turun ke mulut, turun ke dada, dan tersebar ke seluruh tubuh, sepurna sebagai Insan Kamil”.
Kata “mudah” oleh Hadiwijono diartikan “anasir rohani manusia”. Sementara itu Honggropradoto mengartikan kata mudah itu praboting urip (peralatan hidup). Menurut Simuh kata “mudah” merupakan perubahan dari kata muhdats.
Pengaruh Ajaran Ronggowarsito Terhadap Masyarakat Jawa
Keadaan sosial-politik yang ada pada masyarakat Jawa (Surakarta) yang cenderung tidak membaik, membuat masyaratakat Jawa rindu dengan kedamaian. Salah satu kemunculan karya ronggowarsito yaitu serat khalatidha dan Wirid Hidayat Jati membuat masyarakat banyak mengagumi sosok beliau, karena dalam serat khalatidha menceritakan tentang akan datangnya sosok ksatria yang akan memimpin Jawa dengan bijaksana.
Banyaknya aliran kebatinan di Jawa pun, merupakan suatu pelarian bagi masyarakat yang cenderung merindukan sosok kepemimpinan yang bijaksana. Masyarakat Jawa melalui aliran kebatinan ini melakukan suatu bentuk protes sosial terhadap pemerintahan yang cendrung sibuk dengan masalah yang ada dalam istana yang cenderung mengabaikan nasib rakyatnya, bentuk protes sosial dalam kebatinan ini dikarenakan setelah melakukan suatu perlawanan tidak kunjung menemui titik terang maka timbulah gerakan kebatinan.
Masyarakat beranggapan dengan kebatinan akan memunculkan suatu keadilan bagi dirinya yang mengikuti kebatinan dan berharap dengan kedatangannya ‘ratu adil’, seperti pada serat Wirid Hidayat Jati.
Wirid Hidayat Jati merupakan suatu ajaran yang didirikan oleh seorang pujangga dari keturunan pujangga keraton. Menurut beliau, Wirid Hidayat Jati merupakan ajaran mistik kejawen, selain itu juga merupakan suatu ajaran yang berasal dari tasawuf Islam. Dan hal ini terlihat bahwa ronggowarsito berupaya menyusun amalan makrifat, serta menjelaskan isi maksudnya menurut 8 tingkatan ajaran yang telah terhimpun menjadi satu yang terdapat dalam kitab tasawuf.
Salah satu konsep ke Tuhanan dalam Wirid Hidayat Jati yaitu penjelasan tentang hubungan antara Zat dan sifat Tuhan. Dalam Wirid Hidayat Jati ada namanya ajaran martabat tujuh.
Jadi dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa Wirid Hidayat Jati yang didirikan oleh ronggowarsito bercampur antara ajaran mistik Jawa dan Tasawuf Islam memiliki tujuan untuk membentuk masyarakat jawa yang memiliki keimanan kepada Allah SWT.
Demikian penjelasan saya tentang Wirid Hidayat Jati. Semoga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat, Wassalamualaikum Wr Wb.
Ronggowarsito – Setiap orang Jawa yang lahir di Pulau Jawa pasti tidak asing dengan nama Raden ngabehi (R.Ng.) Ronggawarsito. Bahkan, nama ini mendapat tempat sangat khusus dalam kehidupan masyarakat Jawa. Karena itulah, masyarakat Jawa tidak akan gampang melupakan sastrawan dan pujangga besar yang hidup pada masa kejayaan Keraton Surakarta Hadiningrat ini.
Raden Nghabehi ronggowarsito dikenal sebagai pujangga besar, yang telah meninggalkan “warisan tak ternilai”, berupa puluhan serat yang mempunyai nilai dan capaian estetika menakjubkan. Itulah mengapa ia menjadi salah satu tokoh mistik yang ajaran-ajaran mistiknya hingga saat ini masih dilestarikan. Ketekunannya pada sastra, budaya. dan teologi, dengan ditunjang oleh bakat, mendudukkan dirinya sebagai pujangga terakhir Keraton Surakarta, dan Jawa.
R.Ng. ronggowarsito terlahir dengan nama kecil Bagus Burham pada tahun 1728 Jawa, atau 1802 M. la adalah putra dari Raden Mas Ngabehi (R.M.Ng.) Pajangsworo. Kakeknya, Raden Tumenggung (R.T.) Sastronagoro, adalah yang pertama kali menemukan satu jiwa yang teguh dan bakat yang besar di balik kenakalan Burham kecil yang memang terkenal bengal. Sastronagoro kemudian mengambil inisiatif untuk mengirim Burham kecil nyantri ke Pesantren Gebang Tinatar di wilayah Ponorogo dalam asuhan Kyai Kasan Besari.
Syair Ronggowarsito Tentang Ramalan Jawa
Sebagai seorang intelektual, ronggowarsito menulis banyak hal tentang sisi kehidupan. Dari karya-karyanya akan kelihatan bahwa pemikirannya banyak dipengaruhi oleh kepustakaan Islam kejawen serta tradisi dan kepustakaan Jawa. Pembahasan dan pemikirannya terpusat untuk merumuskan kembali pokok-pokok pemikiran yang terdapat dalam perbendaharaan kepustakaan Jawa dan Islam kejawen. Sehingga, karya-karyanya pada umumnya mencerminkan perpaduan antara alam pikiran Jawa dan ajaran agama Islam.
Sebab, kehidupan ronggowarsito dan pujangga-pujangga Jawa pada umumnya berada dalam kedua lingkungan kebudayaan tersebut, yakni sesudah zaman kerajaan Jawa Islam. Walaupun pada hari-hari tuanya ronggowarsito banyak bergaul dengan sarjana-sarjana Belanda yang mempunyai perhatian terhadap bahasa dan kebudayaan Jawa, seperti C.F. Winter, Cohen Stuart, dan sebagainya, tetapi pergaulan tersebut tidak banyak memberi bekas dalam pemikirannya.
Adapun karya sastra tulisan ronggowarsito, antara lain:
Bambang Dwihastha,
Cariyos Ringgit Purwa;
Bausastra Kawiatau Kamus Kawi-Jawa (ditulis bersama C.F. Winter, Sr.);
Sajarah Pandhawa Ian Korawa,
Miturut Mahabharata (ditulis bersama C.F. Winter, Sr.);
Sapta Dharma;
Serat Aji Pamasa;
Serat Candrarini;
Serat Cemporet;
Serat Jaka Lodang;
Serat Jayengbaya;
Serat Kalatidha;
Serat Panitisastra;
Serat Pandji
Jayeng Tilam;
Serat Paramasastra;
Serat Paramayoga;
Serat Pawarsakan;
Serat Pustaka Raja;
Suluk Saloka Jiwa;
Serat Wedaraga;
Serat Witaradya;
Sri Kresna Barata;
Wirid Hidayat Jati;
Wirid Ma’lumat Jati;
dan Serat Sabda Jati.
Serat Katildha Karya Ronggowarsito
Salah satu ajaran ronggowarsito yang cukup terkenal adalah tentang zaman edan . Menurutnya, ada tiga macam pembagian zaman. Pertama, zaman edan atau kalatidha, yang ditandai dengan adanya pola pikir yang salah. Hal ini diungkapkan dalam Serat Kalatidha sebagai berikut:
menangi jaman edan/ewuh aya ing pambudi/
melu edan nora tahan/yen tan melu anglakoni/
boya kaduman melik/kaliren wekasanipun/
dilalah karsa Allah/begja-begjane kang lali/
luwih begja kang eling lawan waspada.
Artinya: Mengalami zaman gila, serba sulit dalam pemikiran, ikut menggila tidak tahan, kalau tidak ikut (menggila), tidak (akan) mendapat bagian, akhirnya (mungkin) kelaparan, (tetapi) takdir Kehendak Allah, sebahagia-bahagianya (orang) yang lupa, (masih) bahagia yang sadar dan waspada.
Kedua, zaman kala bendu, yang ditandai dengan semakin merosotnya moralitas manusia disebabkan oleh pola pikir yang salah. Hal ini terdapat dalam Serat Sabda Jan sebagai berikut:
Artinya: Orang-orang dalam zaman pakewuh (edan), kerendahan budinya makin menjadi-jadi, kekacauan bertambah, banyak orang berhati sesat (buruk), melanggar peraturan yang benar, kesetiaan sudah tiada terlihat.
Yen kang uning marang sajanning kawruh,
kewuhan sajroning ana yen tan niru ora arus,
uripe kaesi-esi, yen nirua dadi asor.
Artinya: Bagi orang yang tahu akan kebenaran, dalam -hati terasa ewuh (bingung), apabila tidak turut berbuat sesat, hidupnya akan menjadi merana, kalau ikut menjadi rendah budi pekertinya.
Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung,
anggelar sakalir-kalir, kalamun temen tinemu,
kabegjane anekani, kemurahaning Hyang Manon.
Artinya: Tindakan seperti itu, berarti tak percaya akan kemurahan dan kekuasaan Tuhan, yang menciptakan segala-galanya. Apabila memohon dengan bersungguh hati, pasti mendapat anugerah dari kemurahan Tuhan.
Anuhoni kabeh kang duwe panyuwun,
yen temen-temen sayekti, Allah aparing pitulung,
nora kurang sandhang bukti, saciptanira kalakon.
Artinya: Tuhan mengabulkan semua permohonan, apabila disertai kesungguhan, Allah pasti memberi pertolongan, tidak akan kekurangan makan serta pakaian. Segala yang diingini akan terlaksana.
Ketiga, zaman kalasuba atau zaman keemasan. Datangnya masa keemasan merupakan akhir zaman kalabendu. Hal ini terdapat dalam Serat Jakalodhang sebagai berikut:
Sangkalane maksih nunggal jamanipun,
neng sajroning madya akir, Wiku sapta ngesthi ratu,
ngadil pari marmeng dasih, ing kana karsaning Manon.
Artinya: Ciri waktu pada zaman itu, yakni pada pertengahan, dengan ciri tahun; Wiku sapta ngesthi ratu. Itulah masa keadilan dan kemakmuran yang merata, demikian kehendak Tuhan.
Tinemune wong ngantuk anemu kethuk,
malenuk samargi-margi, marmane bungah kang nemu,
marga jroning kethuk isi, kancana sosotya abyor.
Artinya: Waktu itu orang yang sedang mengantuk, sambil duduk saja mendapat kethuk (menemukan benda). Kethuk itu terdapat di sepanjang jalan. Orang yang mendapat riang gembira,
lantaran di dalamnya berisi emas permata yang gemerlapan.
Itulah sekilas pemikiran ronggowarsito mengenai zaman edan yang dituangkan dalam beberapa karya sastranya. Di dalam karya tersebut terdapat banyak sekali ajaran moral yang bisa diterapkan dalam konteks zaman sekarang.
Adapun pemikiran ronggowarsito tentang dunia tasawuf tertuang, di antaranya dalam Serat Wirid Hidayatjati. Pengamatan sosialnya termuat dalam Serat Kalatidha. Sementara, kelebihannya di dunia ramalan terdapat dalam Serat Jaka Lodhang.
Dalam Serat Sabda Jati bahkan terdapat sebuah ramalan tentang saat kematiannya sendiri. Salah satu karya satra ronggowarsito yang sangat popular dalam kehidupan kejawen adalah tembang Sinom yang bertajuk Kolotido (Serat Kalatidha). Gubahan ini kemudian diakhiri dengan sebaris gatra yang bersandiasma, berbunyi “bo-RONG ang-GAsa-WAR-ga me-SI mar-TA-ya”, yang mengandung arti rasa berserah diri ke hadapan Yang Maha Esa, yang menguasai alam surga, tempat yang memuat kehidupan langgeng sejati.
Sandiasma itu sendiri merupakan upaya untuk memproteksi namanya, sebagai pengarang serat tersebut. Demikian penjelasan saya tentang Ronggowarsito, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga dengan penjelasan saya ini Anda mampu mengambil sisi positifnya dan menerapkan pada kehidupan Anda. Wassalamualaikum Wr Wb.
Ilmu Supranatural dalam aliran Islam kejawen sendiri dikenal ada bermacam-macam jenisnya. Sedikitnya, ada enam ilmu supranatural dalam aliran Islam kejawen, yakni ilmu kanuragan, ilmu kewibawaan, ilmu trawangan, ilmu khodam, ilmu permainan, dan ilmu kesehatan.
Ilmu Supranatural Ilmu Kanuragan atau Ilmu Kebal
IImu kanuragan adalah ilmu yang berfungsi untuk bela diri secara supranatural. IImu ini mencakup kemampuan bertahan (kebal) terhadap serangan dan kemampuan untuk menyerang dengan kekuatan yang luar biasa. Contohnya, ilmu Asma’ Malaikat, Hizib Kekuatan Batin, Sahadad Pamungkas, dan lain-lain.
Namun, ilmu kanuragan ini memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
Pemilik ilmu Asma’ Malaikat mempunyai kelemahan jika diminumi racun hewan berbisa, ia akan meninggal
Ilmu kebal Kulit Woyo mempunyai pantangan menyentuh daun kelor, baik disengaja maupun tidak Jika dilanggar, tubuhnya akan menjadi sangat lemas dan tidak berdaya.
Pemilik ilmu kebal Bandung Bondowoso mempunyai pantangan makan sayur rebung/sayur yang berasal dari bambu atau senjata emas yang tertancap di tanah.
Anda menginginkan belajar ilmu kebal atau ilmu kanuragan? Silahkan KlikHalaman Ilmu Kebal
Ilmu Kewibawaan dan Ilmu Pengasihan
IImu jenis ini berfungsi mempengaruhi kejiwaan dan perasaan orang lain. IImu Kewibawaan dimanfaatkan untuk menambah daya kepemimpinan dan menguatkan kata-kata yang diucapkan, sehingga orang lain semakin terkesan kepadanya dan ia disegani masyarakat, bahkan tak ada seorang pun yang berani melawan perintahnya.
KONSULTASI: DEVI (+62816577880)
Bisa dikatakan, bila Anda memiliki ilmu ini, Anda akan mudah mempengaruhi dan membuat orang lain menurut perintah Anda tanpa berpikir panjang. Sedangkan, ilmu pengasihan atau ilmu pelet adalah ilmu yang berkaitan dengan masalah cinta, yakni membuat hati seseorang yang dituju menjadi simpati dan sayang. IImu ini banyak dimanfaatkan pemuda untuk membuat pujaan hati jatuh cinta kepadanya, membuatlawan yang berhati keras menjadi kawan yang mudah diajak berunding, serta memulangkan orang yang minggat.
Untuk Anda yang ingin mempunyai kewibawaan atau pengasihan silahkan Klik Halaman Wibawa
IImu Terawangan dan Meraga Sukma
IImu terawangan bisa digunakan untuk melihat masa depan, melihat bangsa gaib, ataupun berkomunikasi dengan bangsa gaib di mana pun berada. Sedangkan, ilmu meraga sukma adalah kelanjutan dari ilmu terawangan. Dalam ilmu terawangan, hanya mata batin saja yang berkeliaran ke mana-mana. Namun, jika sudah menguasai ilmu meraga sukma, seseorang bisa melepaskan sukma untuk melakukan perjalanan ke mana pun ia mau.
Ada dua macam ilmu terawangan, yaitu ilmu terawangan dengan mata tertutup dan ilmu terawangan dengan mata terbuka.
IImu terawangan dengan mota tertutup. Ilmu ini juga biasa disebut ilmu dengan mata hati, karena semua yang akan dilihat menggunakan mata hati. Atau, disebut pula ilmu batin karena memfokuskan penglihatan pada pangkal alis.
Jadi, pandangan difokuskan pada pangkal alis dengan mata tertutup, sehingga apa yang akan dilihat berubah-ubah, dan apabila ditunggu beberapa saat maka akan muncul bentuk yang hendak dilihat. Namun, kelemahan terawangan dengan mata tertutup adalah sering berhalusinasi, jadi harus ada bimbingan agar tidak salah dalam menerapkan ilmunya.
lmu terawangan dengan mata terbuka. IImu ini biasa dis????but ilmu mata fisik, karena semua yang akan dilihat menggunakan mata terbuka atau mata fisiko IImu ini memfokuskan apa yang akan dilihat dengan memandang ke arah depan sambil membaca doa-doa tertentu, sehingga apa yang hendak dilihat benar-benar nyata seperti saat melihat alam. Adapun untuk berkomunikasi atau mendengarkan dan berbicara dengan dimensi lain, digunakan semua indra fisik, bukan dengan mata hati. Setelah tidak membaca doa-doa terawangan, mata akan normal kembali.
Mau belajar ilmu Terawangan dan Meraga sukma? Silahkan Klik Halaman Meraga Sukma
IImu Khodam
Seseorang disebut menguasai ilmu khodam bila orang tersebut bisa berkomunikasi secara aktif dengan khodam yang dimilikinya. Khodam adalah makhluk pendamping yang selalu mengikuti tuannya dan bersedia melakukan perintah-perintah tuannya. Ia berbeda dengan jin / setan, meskipun sama-sama berbadan gaib. Khodam tidak bernafsu dan tidak berjenis kelamin.
Ilmu Atraksi Ini adalah ilmu supranatural yang hanya bisa digunakan untuk pertunjukan di panggung. Sepintas, ilmu ini mirip dengan ilmu kanuragan karena bisa memperlihatkan kekebalan tubuh terhadap benda tajam, minyak panas,dan air keras. Namun, ilmu ini tidak bisa digunakan untuk bertarung dalam keadaan yang sesungguhnya. Selengkapnya Tentang Ilmu Atraksi silahkan hubungi kami pada nomor mbk nayla : 0816577880
IImu Kesehatan
Termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu gurah (membersihkan saluran pernapasan), ilmu pengobatan, ilmu kuat seks, dan ilmu-ilmu supranatural lain yang berhubungan dengan fungsi biologis tubuh manusia.
Itulah enam jenis ilmu supranatural dalam aliran Islam kejawen. Semuanya merupakan ilmu yang berasal dari perpaduan antara nilai-nilai Islam dan budaya kejawen, sehingga dinamakan ilmu gaib Islam kejawen. Jika Kita mendalami ilmu-ilmu supranatural tersebut.
Maka kita akan mengetahui adanya unsur-unsur kejawen (misalnya ritual, laku puasa, tirakat, sesajen, dan lain-lain) serta nilai-nilai Islam (misalnya doa yang diambil dari al-Qur’an, shalat, puasa, dan lain-lain) dalam memperolehnya.
Demikian Info dari saya tentang Ilmu Supranatural islam kejawen, semoga memberikan Anda ilmu yang bermanfaat. Wassalamualaikum Wr, Wb.
Falsafah Hidup – Sebelum kita Membahas dengan tentang Falsafah Jawa, kita Akan membahas tentang Teori-teori Kepemimpinan.
Macam-Macam Falsafah Hidup Budaya Jawa Tentang Kehidupan
Di dalam budaya Jawa sebenarnya sangat sarat dengan Falsafah Hidup (ular-ular). Salah satunya adalah Hasta Brata, teori kepemimpinan yang berisi tentang hal-hal yang disimbolisasikan dengan berbagai benda atau kondisi alam, antara lain:
Surya (matahari). Matahari memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan. Hal ini melambangkan bahwa seorang pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.
Candra (bulan). Bulan memancarkan sinar di tengah kegelapan malam. Hal ini melambangkan bahwa seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya, baik di tengah suasana suka maupun duka.
Kartika (bintang). Bintang memancarkan sinar kemilau dan berada di tempat tinggi sehingga dapat dijadikan pedoman arah. Ini melambangkan bahwa seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan untuk berbuat kebaikan.
Angkasa (langit). Langit itu luas tak terbatas, sehingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Ini melambangkan bahwa seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam.
Maruta (angin). Angin selalu ada di mana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Ini melambangkan bahwa seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya.
Samudra (Iaut/air). Betapapun luasnya, permukaan laut selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Ini mengandung makna bahwa seorang pemimpin hendaknya menyayangi rakyatnya.
Dahana (api). Api mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Ini bermakna bahwa seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.
Bhumi (bumi/tanah). Bumi bersifat kuat dan murah hati, serta selalu memberi hasil bagi siapa pun yang mau merawat dirinya. Hal ini melambangkan bahwa seorang pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) kepada rakyatnya serta tidak mengecewakan kepercayaan yang diberikan rakyat kepadanya.
Dalam teori kepemimpinan yang lain, ada beberapa falsafah Hidup yang digunakan agar setiap pemimpin memiliki sikap yang tenang dan wibawa, sehingga masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Salah satu falsafah itu adalah Aja gumunan, aja kagetan, Ian aja dumeh. Maksudnya, sebagai seorang pemimpin hendaknya janganlah terlalu terheran -heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (meskipun sebenarnya sangat heran), jangan menunjukkan sikap kaget jika ada halhal di luar dugaan, dan jangan sombong (dumeh).
Intinya, falsafah ini mengajarkan tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang, terutama pemimpin. Falsafah sebagai seorang anak buah pun ada dalam ajaran kejawen, yang bertujuan agar seorang bawahan dapat kooperatif dengan pimpinan dan tidak mengandalkan egoisme pribadi, terlebih mempermalukan atasan.
Dan, salah satu falsafah yang banyak digunakan adalah Kena cepet ning aja ndhisiki, kena pinter ning aja ngguroni, kena takon ning aja ngrusuhi. Maksudnya, boleh cepat namun jangan mendahului (sang pimpinan), boleh pintar tetapi jangan menggurui (pimpinan), boleh bertanya namun jangan menyudutkan pimpinan.
Intinya, seorang anak buah jangan bertindak yang mempermalukan pimpinan, meskipun ia mungkin lebih mampu dari sang pimpinan. Sama sekali falsafah Hidup ini tidak untuk menghambat karier seseorang dalam bekerja, tetapi inilah kode etik atau norma yang harus dipahami oleh setiap anak buah demi menjaga citra pimpinan.
Penyampaian pendapat tidak harus dengan mempermalukan, menggurui, dan merepotkan pimpinan, ada cara-cara di luar itu yang lebih baik.
Sementara itu, dalam kehidupan umum ada sebuah falsafah kejawen yang menjelaskan tentang the right man on the right place (orang yang baik adalah orang yang mengerti tempatnya), yaitu Ajining diri saka pucuke lathi, ajining raga saka busana. Artinya, harga diri seseorang tergantung dari ucapannya dan sebaiknya seseorang dapat menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya).
Sehingga, tak heran jika seorang yang ucapannya baik dan pandai menempatkan dirinya akan dihargai oleh orang lain. Falsafah hidup agar tidak mencampuri dan memasuki dunia yang bukan dunianya ini, pada dasarnya mengajarkan suatu sikap yang dinamakan profesionalisme, yang mungkin agak jarang bisa kita jumpai saat ini.
Persoalan Islam kejawen. Sebenarnya, keberadaan Islam kejawen hingga saat ini masih menimbulkan kontroversi. Itu artinya, ada perbedaan pendapat mengenai status aliran Islam kejawen ini.
Bagi mereka yang pro (mendukung), tentu aliran ini dianggap sah-sah saja tanpa menyalahi ajaran Islam. Namun, bagi mereka yang kontra (menolak), maka aliran ini dianggap sesat dan menyesatkan.
Nah, yang menjadi persoalan, jika memang Islam kejawen itu sesat dan kafir, lantas mengapa para wali (khususnya Sunan Kalijaga) yang nota bene adalah gurunya para wali di Tanah Jawa, menggunakan kejawen sebagai media dakwah penyebaran Islam? Tentu, masing-masing dari kita memiliki jawaban yang berbeda tentang masalah ini.
Demikian Ulasan Saya tentang Falsafah Hidup jawa Islam Kejawen. Semoga dengan begini Anda lebih bijak dalam memandang sesuatu. Wassalamualaikum Wr Wb.
Islam Kejawen – Pada dasarnya, Islam tidak mengenal istilah atau ajaran kejawen. Secara bahasa maupun istilah, di dalam alOur’an dan Hadits tidak ditemukan penjelasan tentang kejawen. Banyak versi yang mengatakan kejawen muncul seiring dengan datangnya para wali (Wali Songo) ke Tanah
Jawa dalam rangka menyebarkan ajaran Islam.
Ketika itu, para wali melakukan penyebaran agama dengan cara yang halus, yaitu memasukkan unsur budaya dan tradisi Jawa agar mudah diterima serta dipahami masyarakat kala itu. Inilah, menurut sebagian kalangan, yang menjadi cikal bakal munculnya Islam kejawen.
Islam Kejawen adalah akulturasi kebudayaan Jawa dengan Agama Islam, sehingga pelaksanaan Ritual Jawa menggunakan Cara yang Islami.
Jawa dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa semasa zaman Hinduisme dan Buddhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur perantara yang baik bagi penyebarannya.
Islam Kejawen Lahir Dari Para Wali
Oleh Wali Songo, unsur-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya Jawa, mulai dari pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu Jawa, ular-ular (petuah berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan khususnya di Kerajaan Mataram (Yogyakarta / Surakarta).
Semua itu merupakan budaya kejawen yang diadaptasi ke dalam Islam. Dalam pertunjukan wayang kulit, yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (Iembaran yang berisi mantra / sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan di muka bumi.
Dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa si pembawa serat itu akan menjadi sakti mandraguna. Tetapi, sampai menjelang akhir cerita, tidak ada tokoh yang tahu isi serat tersebut. Namun demikian, di akhir cerita, rahasia dari serat itu pun dibeberkan oleh sang dalang.
lsi Serat Kalimasada berbunyi, “Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya,” yang tak lain adalah isi dari kalimat syahadat. Salah satu contoh cerita wayang yang menarik adalah cerita Sunan Kalijaga dan Raja Puntadewa dari Amarta.
Suatu ketika, Sunan Kalijaga berjumpa dengan seseorang yang telah sangat uzur yang mengaku dirinya bernama Puntadewa. Orang tua itu telah jemu hidup dan mengaku sudah berusia berabad-abad serta tak bisa mati karena tidak seorang pun mau membacakan kalimat Serat Kalimasada yang dimilikinya. la lalu menanyakan kepada Sunan Kalijaga yang bijaksana, perihal jalan menuju kematian.
Sunan Kalijaga kemudian meneliti surat itu dan didapati bahwa isinya tak lain adalah kalimat syahadat, pengakuan iman orang Islam. Sunan Kalijaga pun membacakannya untuk Puntadewa, dan Puntadewa akhirnya bisa meninggal dengan damai, terbebas dari ikatan ketidaktahuan.
Nah, dengan reka yang halus tersebut, yaitu kesamaan antara bunyi kata “Kalimasada” dan kata Arab “kalimah syahadat”, orang Jawa membuat ikatan kesinambungan antara dua masa sejarah yang tampaknya berbeda, namun bagi mereka pada hakikatnya sama.
Dalam melakukan pertunjukan wayang pun, para wali selalu mengadakannya di halaman masjid, yang di sekelilingnya diberi parit melingkar berair jernih. Adapun guna parit ini tak lain adalah untuk melatih para penonton wayang untuk wisuh atau mencuci kaki mereka sebelummasuk masjid-simbolisasi dari wudhu yang disampaikan secara baik.
Pada perkembangan selanjutnya, para wali juga menyebarkan lagu-Iagu bernuansa simbolisasi yang kuat. Salah satu lagu yang terkenal adalah karangan Sunan Kalijaga, yaitu lagu “Lir-Ilir”.
Memang, tidak semua syair menyimbolkan suatu ajaran Islam, mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam mengarang sebuah lagu. Sebagian arti yang kini banyak digali dari lagu ini adalah sebagai berikut:
Tak ijo royo-royotak senggoh penganten anyar. Ini adalah sebuah deskripsi mengenai para pemuda.
Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna kanggo seba mengko sore. Cah angon adalah simbolisasi dari manusia sebagai khalifah fil-ardh atau pemelihara alam bumi ini (angon bumi). Penekno blimbing kuwi mengibaratkan buah belimbing yang memiliki lima segi membentuk bintang. Kelima segi itu adalah pengerjaan rukun Islam (yang lima) dan shalat lima waktu. Lunyu-Iunyu penekno berarti tidak mudah untuk bisa mengerjakan keduanya (rukun Islam dan shalat lima waktu) dan jalan menuju ke surga memang tidak mudah. Adapun kanggo sebo mengko sore artinya untuk bekal di hari esok (kehidupan setelah mati).
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Artinya, selagi masih banyak waktu selagi muda, dan ketika tenaga masih kuat, maka lakukanlah (untuk beribadah).
Sebenarnya, masih banyak penafsiran dari lagu “lIir-lIir”, namun secara umum sama, yaitu membumikan agama, mengajak beribadah dengan tidak lupa untuk tetap menyenangkan para pengikutnya yang baru. Dalam lagu-Iagu Jawa, ada gendhing bernama Mijil, Sinom, Maskumambang, Kinanthi, Asmaradhana, Megatruh, dan Pocung. Semuanya menceritakan perjalanan hidup seorang manusia.
Gending Mijil yang berarti keluar atau lahirnya seorang jabang bayi dari rahim ibu,
Sinom yang diartikan sebagai seorang anak muda yang bersemangat untuk belajar.
Maskumambang yang berarti seorang pria dewasa yang telah cukup umur untuk menikah atau Kinanthi yang berarti seorang wanita dewasa yang telah cukup umur untuk menikah. Proses berikutnya yaitu pernikahan atau katresnan antar keduanya (pria dan wanita dewasa) yang disimbolkan dengan Asmaradhana.
Hingga akhirnya, Megatruh (megat artinya bercerai atau terpisah, sedangkan ruh artinya roh atau jiwa seseorang). Megatruh ini merupakan proses sakaratul maut seorang manusia. Bagi umat beragama Islam, tentu dalam prosesi penguburannya, jenazah harus dikafani dengan kain putih, dan mungkin inilah yang disimbolkan dengan pocung (atau pocong).
Semua jenis gendhing ditata apik dengan syair-syair yang beragam, sehingga mudah dan selalu pas untuk didendangkan pada dasarnya. Selain itu, banyaknya filsafat Jawa yang berusaha diterjemahkan oleh para wali menunjukkan bahwa Wali Songo. Dalam mengajarkan agama, selalu dilandasi oleh budaya yang kental.
Hal ini sangat dimungkinkan, karena masyarakat Jawa yang menganut budaya tinggi akan sulit untuk meninggalkan budaya lamanya ke ajaran baru, walaupun ajaran tersebut sebenarnya mengajarkan sesuatu yang lebih baik.
Membahas keterkaitan antara kejawen dengan ajaran Islam, banyak tokoh yang berpendapat. Menurut Pakar Budaya, kejawen sangat berbeda dengan ajaran Islam. Istilah Islam kejawen muncul setelah para wali (Wali Songo) menyebarkan ajaran Islam. Mereka memasukkan unsur tradisi dan budaya untuk memudahkan penyebaran agama Islam.
Dalam pandangannya, kejawen dan Islam adalah wujud sinkretisasi yang pada akhirnya menjadi tradisi yang dijalankan oleh orang-orang Jawa hingga saat ini.
Beda dengan Pakar tadi, seorang ustadz yang memiliki perhatian khusus terhadap penyimpangan akidah, mengemukakan bahwa kejawen tidak jelas asalnya. Banyak yang mengatakan kejawen muncul pertama kali setelah datangnya Sunan Kalijaga ke Tanah Jawa.
Kala itu, Sunan menyebarkan agama lewat pementasa wayang dan seni tradisi masyarakat Jawa. Dari situ terdapat penyatuan tradisi budaya Jawa dan Islam, sehingga muncul istilah kejawen. Namun, penjelasan tersebut juga tidak banyak disediakan dalam literatur sejarah.
Lagi pula, ritual yang dilakukan masyarakat kejawen dalam aplikasi kehidupannya harus dilihat lebih dalam, karena dikhawatirkan menyimpang dari ajaran agama Islam.
Hukum Tentang Islam Kejawen
Dalam kaidah Islam, jika budaya itu berlangsung dan melanggar sisi tauhid, maka itu menjadi haram. Namun, jika budaya itu digunakan hanya sebatas praktik-praktik muamalah, maka itu dibolehkan.
Dengan demikian kita tidak perlu saling menyalahkan dan hanya melihat dari sebelah sisi saja. Kita Wajib Menjaga Keimanan kita serta menjaga warisan budaya agar tetap lestari. Demikian Ulasan Saya, semoga memberikan ilmu yang bermanfaat. Wassalamualaikum Wr Wb.