Sangkan Paraning Dumadi – Ilmu sangkan paraning dumadi

Sangkan Paraning Dumadi adalah ilmu yang menjelaskan tentang Tujuan dan Kemana nantinya manusia berakhir. Dalam hidup ini, manusia-khususnya masyarakat Jawa senantiasa diingatkan untuk memahami filosofi kejawen, sangkan paroning dumadi. Apa sebenarnya makna dari sangkan paroning dumadi itu? Tidak banyak orang yang mengetahuinya. Padahal, jika kita belajar tentang Sangkan Paraning Dumadi, maka kita akan mengetahui ke mana tujuan kita setelah hidup kita berakhir.

Sangkan Paraning Dumadi

Apakah ilmu Sangkan Paraning Dumadi itu?

Sangkan paran adalah pengetahuan tentang dari mana kita berasal dan ke mana tujuanmu nanti. Lebih mudahnya adalah ilmu  tentang jalan pulang. Di mana rumah asalmu sebenarnya, maka ke sanalah kita akan pulang. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiap-tiap apa yang berasal akan kembali ke asal itu.

Tubuh Manusia terdiri dari dua unsur, jasmani sebagai badan dan rohaniah sebagai isi. Ibarat sangkar dengan burungnya, jika sangkar sudah rusak maka burung akan terlepas. Unsur Jasmani dan rohanimu mempunyai asal masing-masing dan jalan pulang sendiri-sendiri.

Jasmani (jasad)

Jasmani diciptakan dari unsur alam yaitu Tanah (bumi), udara (angin), api (panas), dan air. Karena asalnya dari bahan sari pati alam, maka kelak akan kembali ke alam lagi. Yang tanah kembali kepada tanah, yang angin kembali kepada angin, yang api kembali kepada api, dan yang air akan menyatu kembali kepada air.

Jika diurutkan adalah demikian. Sari pati tanah, udara, panas, dan air diisap oleh tumbuhan, kemudian diproses menjadi sari makanan. Tumbuhan tersebut ada yang dimakan hewan dan ada pula yang dimakan langsung oleh manusia. Hewan yang memakan tumbuhan itu pun akhirnya dimakan manusia. Akhirnya, sari pati makanan yang berasal dari unsur alam tersebut diproses dalam diri manusia laki-Iaki menjadi air mani. Sedangkan, pada manusia perempuan diproses menjadi sel telur. Dari pertemuan antara air mani lelaki dan sel telur perempuan itulah, kemudian berubah menjadi tubuh jabang bayi.

Sangkan Paraning Dumadi

Semua proses itu terjadi karena kekuasaan dan kehendak Tuhan. Bayi tumbuh menjadi dewasa, tua, kemudian mati. Bahkan, perkara mati ini ada yang mati waktu bayi, waktu remaja, maupun sudah tua. Itu semua terserah pada ‘jangka-Nya’ terhadap masing-masing individu. Ketika manusia mati, tubuhnya ditinggalkan di alam dunia ini lagi.

Bagi yang beragama Islam, jasadnya dikubur di dalam tanah. Dengan berlalunya waktu, jasad di dalam tanah akan hancur, kecuali orang-orang khusus yang ditakdirkan Allah jasadnya tetap utuh.

Bagi yang jasadnya hancur, akhirnya akan menjadi sari pati tanah lagi. Sari pati tanah diisap lagi oleh tetumbuhan menjadi sari pati makanan. Sari pati makanan dimakan manusia lagi yang kemudian berproses menjadi air mani lagi bagi pria dan sel telur bagi wanita. Ketika terjadi pertemuan air mani dan sel telur, dengan kuasa-Nya, terciptaiah jabang bayi lagi.

Dan proses tersebut akan berlangsung sampai hari kiamat nanti. Itulah kekuasaan Allah Sang Pencipta Alam.

Hal tersebut akan terjadi terus-menerusdi dalam alam semesta sampai pada batas waktu yang ditetapkan-Nya. Itu akan menjadi ‘cokromanggilingan‘, berputar terus sesuai dengan hukum alam. Itulah jasmani Kita.

Rohani (ruh)

Unsur rohani adalah diri Kita yang sejati dengan beberapa pelengkap. Karena secara rohani, di sana terdapat diri kita yang sejati yang dilengkapi akal dan nafsu. Yang mana diri kita ini? Kita adalah yang sebenarnya ‘merasa’ bisa melihat, mendengar, dan merasa-merasa yang lainnya.

Diri Kita adalah kita yang bisa bermimpi kala tidurmu. Kita adalah yang ‘merasa’ dan yang bisa ‘menyadari’ akan kesadaran sendiri. Jadi, kita yang sejati adalah yang mempunyai kesadaran itu. kita adalah kita yang sadar atas diri sendiri.

Sangkan Paraning Dumadi

Ingat, ketika kita tidur satu turon (tempat tidur) dengan istrimu. Kemudian, kita bermimpi dikejar anjing. kita lari digigit anjing dan menjerit. Lalu, tiba-tiba kita bangun langsung marah-marah kepada istrimu, kenapa ia tidak menolongmu. Jelas ditertawai oleh istrimu. Lha wong istrimu tidak tahu kalau kita digigit anjing, bagaimana cara ia menolongmu? Menurut istrimu, setahunya Anda malah tidur lelap.

Nah, yang tidur lelap itu adalah raga Kita. Sedangkan, yang merasakan sakit digigit anjing saat kita bermimpi, itulah dirimu yang sebenarnya. Karena, itulah kesadaranmu. Sekali lagi, kesadaranmu itulah hakikat dirimu.

Baca Juga: Alam Insan Kamil Martabat tujuh

Nah, sekarang kesadaran Anda sehari-hari  lebih banyak di mana?.

Apakah pada keinginan-keinginan atau nafsumu? Atau, pada akal semata yang terkadang justru bisa akal-akalan, mengakali, dan mencari pembenar sendiri? Atau, justru bisa bertempat pada sang ruh, sedangkan ruh itu adalah wilayah al ‘amr Tuhan, asal dari alam ‘perintah’-Nya.

Ruh memang sejatinya hanya miliki Allah semata dan Dia-lah yang menjaganya. Hal ini bisa kita lihat pada kondisi tertidur. Dalam tidur ruh kita diambil sementara, kemudian dikembalikan saat kita terbangun. Itulah Kuasa Allah.

Tujuan Kita Di Dunia

Ingat Jika kesadaranmu dibelenggu nafsu, maka kesadaranmu juga tidak bisa ikut ‘pulang’. Karena, ‘pulang’ itu tidak usah menunggu ketika kamu mati. Kamu bisa mati sakjeroning urip, mati di dalam hidup. Jadi, jalan pulang itu adalah jalan yang mulai ditapaki sejak sekarang. Sejak kamu ada di dunia gumebyar ini, kamu sudah diseru untuk pulang. Untuk senantiasa kembali kepada-Nya Tempat terakhirmu.

Untuk Kembali butuh suatu Bekal

Bekalnya adalah rasa rela atau senang. Kepada siapa? ya, rela atau senang kepada -Nya. Rindu dan cinta akan Dia. Rela dan senang untuk kembali kepada-Nya. Dan, pegangannya adalah dengan bersandar pada welas asih-Nya (bersandar pada sifat Rahman dan Rahim-Nya). Karena, memang itu adalah sifat dari pekerti-Nya.

Kalau sudah begitu, maka Kita tinggal di dunia harus bersedia dipakai oleh-Nya untuk menebarkan kasih sayang kepada alam. Meneruskan misi sang Nabi Panutan, rahmatan lil ‘alamin, Memayu hayuning buwonoMenebarkan kesejahteraan dan kedamaian di alam.

Karena itu, ada sebagian orang yang menyebut pengetahuan tentang hal ini dengan ilmu Sangkan Paraning Dumadi. Ada yang mengidentikkan dengan ilmu ‘inna lillahi wa inna ilaihi rojii’un. Dan, ada pula yang menyebutnya dengan ilmu sastro jendro hayuningrat pangruwating diyu.

Sastro adalah ilmu, jendro adalah adiluhung, hayuning adalah membangun, sedangkan rat adalah jagad. Jadi, makna ilmu sastro jendro hayuningrat pangruwating diyu adalah ilmu untuk membangun jagad.

Jagad siapa?

ya, jagad si manusianya itu sendiri. Sementara itu, pangruwat artinya perbaikan atau pemulihan, dan diyu artinya raksasa.

Memperbaiki raksasa siapa?

Ya, raksasa si manusia itu sendiri. Ingat, dalam hatimu itulah, semuanya berada. Ada malaikat, ada widodari, ada widodoro. Ada jin setan priprayangan gendruwo ilu-ilu banaspati engklek-engklek waru doyong.

Hatimu adalah jagadmu, karena itu harus dibangun, dibersihkan, dan diruwat. Kalau sudah diruwat dan bisa berjalan pulang, maka biarkan Dia yang Maha Welas Asih yang bertahta di hatimu.

Ingat-ingatlah kata-kata ini

Langit tidak akan cukup luas untuk Dia, bumi juga terlalu sempit untuk-Nya. Namun, hati manusia Insan al kamil bisa menjadi ‘tahta’-Nya.

Dengan begitu bisa saya simpulkan bahwa yang dimaksud sangkan paraning dumadi adalah ajaran tentang tempat asal dan kembalinya manusia.

Tangeh lamun siro bisa ngerti sampurnaning pati, yen siro ora ngerti sampurnaning urip 

(mustahil kamu bisa mengerti kematian yang sempurna, jika kamu tidak mengerti hidup yang sempurna).

Demikian penjelasan saya tentang ilmu Sangkan Paraning Dumadi , semoga memberikan Anda ilmu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Wassalamualaikum Wr Wb.