Martabat Wahidiyah – Tingkatan Martabat Tujuh

Martabat Wahidiyah – Tingkatan Martabat Tujuh

Martabat Wahidiyah adalah Wahidiyah atau al-Wahdah, yaitu al-Ta’ayyun Awal. martabat kedua adalah Wahdah. Nama-nama sifat yang awal diuraikan. Awalnya, ruh yang akan menguraikan nama-nama roh yang wujudnya masih dalam bentuk hak.

Dan, cahaya-Nya dinamakan Nur Muhammadiyah. Wujud ilmu dari nur adalah ibadah pengetahuan yang sejati yaitu dalam tingkatan Wahdah. Pangeran, Allah, dalam wujud yang jamak, tetapi diri-Nya adalah Semuanya. Tak ada Pangeran selain Allah, Dia hanya Allah yang tunggal wujud-Nya. Dia yang memberikan penghidupan. Dia yang menjadikan sesuatu.

Nah, sementara ruh adalah lambang pertama yang mendahului segala penciptaan-Nya. Ruh dalam tingkatan ini bersifat al-Ruh, yaitu ruh yang universal atau ruh dalam kejamakan-Nya. Tuhan menciptakan hakikat Muhammadiyah ibarat penciptaan-Nya terhadap pena yang agung, yaitu al – Qalam al-Ala.

Ciptaan Allah Pertama pada Martabat Wahidiyah

Menurut hadits, pertama kali wujud yang diciptakan Allah adalah ruh. Pada tingkatan ini belum ada penguraian atau pembedaan zat. Zat-Nya adalah sifat umum Nya. Bahkan, dalam mulanya hanya dikenal empat hal yang tak dapat suatu perkembangan Allah dari hakikat yang tidak terinci lewat hakikat yang mempunyai sifat-sifat.

Dan pengetahuan-Nya dikatakan menuju perkembangan pengetahuan tentang berbagai rincian dari Ada -Nya Allah dalam karya-Nya yang disebut kenyataan ada-Nya Nur Muhammad. Konsep adanya Nur Muhammad sebagai kenyataan karya Allah dalam tajjali-Nya pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh Husin bin Mansur al-Hallaj, seorang sufi kelahiran Parsi yang kemudian menjadi tokoh sentral dalam pengembangan Wadhatul al Wujud.

Dipisahkan antara satu dengan lainnya, yaitu ilmu, wujud, syuhud, dan nur. Keempat hal tersebut merupakan satu kesatuan atau manunggal.

  • Karena dari ilmu-Nya, maka alim dan mak’lum menjadi nyata
  • Karena wujud, maka yang mengadakan dan yang diadakan menjadi nyata
  • Karena syuhud, maka yang melihat dan yang dilihat menjadi nyata
  • Karena cahaya-Nya, maka yang menerangkan dan yang diterangkan menjadi nyata

Keempat hal tersebut merupakan awal mulanya ialah dari adanya hakikat Muhammadiyah atau Nur Muhammad. Nur Muhammad adalah asalnya zat yang Hadrah al-‘Ama’iyyah, yaitu hadrah yang tidak diketahui. Allah ada dalam kenisbian – Nya, atau ada-Nya dalam ketiadaan.

Pada perkembangan selanjutnya, para sufi pun percaya bila Nabi Muhammad memiliki dua rupa. Rupa pertama disebut dengan qadim. Rupa qadim adalah wujud yang terawal dari adanya segala zat, ia tak terikat atau terpengaruh oleh masa. la telah terjadi sebelum terjadinya semua yang ada. Rupanya yang qadim itulah sumber terciptanya segala nabi, rasul, dan aulia.

Baca Juga: Martabat Ahadiyah – Tingkatan Martabat Tujuh

Cahayanya menyinari segala kehidupan, dan tak ada cahaya yang lebih terang daripada Nur Muhammad. Rupa kedua dinamakan ajali. Ajali adalah rupa dari Muhammad yang berwujud sebagai manusia, yang terikat oleh masa dan mengalami pemusnahan. la juga mengalami suka duka, kecewa, bercita-cita, serta bergaul dengan manusia lainnya. 

Sementara itu, dalam Serat Wirid Hidayat Jati, Nur Muhammad dikatakan sebagai tajjali Allah yang kedua. Setelah Allah ber-tajjali dalam alam Ahadiyah, kemudian dijadikanlah Nur Muhammad. Nur tersebut terbuat dari permata putih yang bening dan berasal dari alam Jabarut.

Adapun wujud dari nur tersebut adalah seperti burung merak. Setelah Allah menciptakan Nur Muhammad yang wujudnya seperti burung merak, kemudian diletakkanlah burung merak tersebut di dahan pohon kehidupan yang disebut Syajaratul Yakin.Nur Muhammad adalah bakal wajib dari segala kehidupan yang sifatnya masih gaib.

Pengertian gaib di sini adalah belum dapat dilihat dengan indra, karena sifatnya dalam keadaan batin. Di sam ping itu, zat Nur Muhammad masih dalam kesatuan yang manunggal dengan zat-Nya.

Demikian info saya tentang Martabat Wahidiyah, semoga memberikan Anda ilmu yang bermanfaat. Wassalamualaikum Wr Wb.